Tampilkan postingan dengan label Syair. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Syair. Tampilkan semua postingan

Berapa lama kita hidup didunia?
Maksimal 64 tahun, dan sisanya adalah "bonus".
Bukan suatu bonus yang patut dinikmati.
Tapi bonus yang patut direnungi.
Bonus untuk membayar dosa di masa lalu.

Berapa lama kita sholat dalam satu hari?
Lima menit tiap satu waktu sholat wajib.
Dan 25 menit per 5 kali sholat wajib per hari.
Dalam 1 tahun 9150 menit kita sholat.
Dalam 1 tahun 152 jam 30 menit kita sholat.

Jika kita akil baligh usia 14 tahun.
Dan jika kita hidup 64 tahun tanpa "bonus".
Artinya amalan kita dihitung selama 50 tahun.
Selama itu kita hidup 26.352.000 menit.
Selama itu kita hidup 439.200 jam.
Selama itu juga kita sholat sepanjang hidup kita selama 457.500 menit
Atau selama 7.670 jam sepanjang hidup kita

Jika kita bandingkan usia dengan waktu sholat kita
Itu hanya 1/58 kali dari waktu hidup kita.
itu hanya 0,58% dari total waktu hidup kita
Itu hanya sebagian kecil waktu dari hidup kita.
Kenapa kita masih malas menambah waktu ibadah kita!?

Allah memberi kita tempat tinggal.
Dengan pembayaran 0,58% dari waktu kita.
Jika kamu membayarnya, kamu mendapatkan bonus dari "Ridwan".
Dan jika kamu tidak bayar, maka kamu mendapat hukuman.
Hukuman dari "Malik" sang penagih hutang.


Jika kita renungi pada saat kita ujian.
Baik ujian anamnesis, pemeriksaan fisik, maupun ujian tulis.
Apakah Diagnosis kita tepat!?
Diagnosis diferensial maupun diagnosis kerjanya.
Penatalaksanaanya, Prognosis kedepannya.

Mencari jawaban diagnosis pasti itu,
bagaikan mencari jarum di dalam jerami.
Sulitnya bukan main.
Dari Anamnesis hingga pemeriksaan penunjang.
Setelah itu, diagnosis itu bisa terbentuk.

Bagaimana jadinya jika kita salah mendiagnosis.
Seperti biasa, kita masih bisa remedial.
Jika remedial gagal, kita masih bisa semester pendek.
Jika semester pendek gagal, masih ada tahun depan.
Masih diberi jalan keluar.

Bagaimana jadinya jika pasien itu pasien sungguhan!?
Akankah ada kesempatan untuk remedial.
Salah diagnosisnya, salah semuannya.
Akankah masih ada jalan keluarnya?
Bagaimana kita bertanggung jawab?

Coba kita renungi berapa kali kita salah.
Baik dalam mengerjakan soal kasus.
Menentukan DD dari anamnesis.
Menentukan DW dari pemeriksaan fisik.
Berapa pasien yang sudah kita bunuh

Apa pertanggungjawaban kita di depan Allah.
Kenapa kita tidak belajar dengan tekun.
Padahal waktu ini amatlah lapang.
Nafas kita juga masih berhembus.
Orangtua juga masih mampu membiayai.

Berat sekali pekerjaan yang akan kita ambil nanti.
Penuh tanggung jawab dan amanah.
Jika tidak sanggup lebih baik menyerah.
Jika siap menjalani resiko teruskanlah.
Lebih baik menyerah daripada membunuh nantinya.

Jadi dokter itu bagaikan jadi malaikat.
Menjadi malaikat pencabut nyawa.
Atau malaikat penyelamat nyawa.
Tinggal pilih sendiri jalan hidup kita...
Tapi ingatlah, sesudah kehidupan masih ada kehidupan.

Duh, Ibu dan Ayahku tercinta.
Durhaka kah aku yang begini.
Menghabiskan ratusan juta uang kalian.
Hanya untuk menjadi dokter.

Ketika jadi dokter nanti, aku ingin kaya raya.
Mencari harta sebanyak-banyaknya.
agar bisa membalas semua jasa-jasa kalian.
agar bisa menjadi kebanggaan keluarga.

Di satu sisi aku tidak mau matrealistis.
Aku ingin hidup di jalan Allah,
Menjadi dokter yang tanpa pamrih,
Dan menolong dengan tarif yang murah.

Tapi jika tidak karena harta,
Bagaimana kedua orangtua ku yaa Rab ku?
Bagaimana membalas jasa mereka?
Ketika harta itu mereka anggap segalanya.

Kedurhakaan karena tidak bisa membalas jasa orangtua,
atau kedzoliman terhadap orang lain dengan tarif pengobatan yang mahal.
Aku serahkan pilihan sulit ini kepada Mu ya Allah.
Sesungguhnya aku pasrah pada-Mu atas jalan hidup ku.