Tampilkan postingan dengan label Hardware. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hardware. Tampilkan semua postingan

 



The popularity of VR
Virtual Reality (VR) merupakan teknologi yang sudah ada sejak tahun 70-an. Pada saat tersebut penggunaan VR terbatas digunakan hanya untuk research dan penelitian saja. Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya teknologi, VR ini mulai mengalami kemajuan hingga masuk tahun 2000-an.

Baru pada 2012-an, VR ini kembali populer oleh Oculus Rift dengan memperkenalkan teknologi VR untuk bermain game. Oculus Rift Development Kit 1 (DK1) mulai dijual dipasaran pada 2012 via Kickstarter. Saya mulai kenal dan subscribe ke Pewdiepie pun, karena research saya terhadap VR ini di tahun 2013.

Sekarang, VR headset sudah banyak jenisnya dan banyak merknya, Oculus bukan pemain sendiri seperti dulu, sekarang ada Vive dari HTC, Reverb G dari HP, Vision 8K dari Pimax, dan my favorite, INDEX dari Valve. Bahkan Playstation pun, sejak era PS4, sudah punya hardware VR khusus untuk console mereka sendiri yang diberi nama PSVR.


VR Game

Sejak dipopulerkan oleh Oculus hingga saat ini, VR tetap sangat populer untuk digunakan bermain game dibandingkan untuk keperluan lain. Sudah banyak game ber-genre VR ini dapat ditemui di marketplace game digital seperti Steam. Mulai dari yang bergenre action, simulation, hingga genre pendidikan pun ada.

Valve sebagai pioneer banyak teknologi di industri video game sempat menggebrak industri game VR dengan game Half Life: Alyx pada 2020 lalu, game yang didesain secara khusus untuk platform VR ini merupakan masterpiece dari semua game VR. 

 

The best VR headset
Untuk sementara, hingga akhir 2021, dari hasil review pengguna dan spesifikasi yang diberikan, HTV Vive Pro 2 adalah VR unit dengan headset terbaik. Resolusi VR headset ini merupakan yang terbaik diantara semuanya, 4896 x 2448 dengan refresh rate 90 Hz, dan bisa ditambah hingga 120 Hz. Headsetnya nyaman digunakan, bisa tethering via 5.5 GHz wifi ke PC, build in earphone-nya bisa 3D audio, dsb.

Walaupun bisa tethering via 5.5Ghz wifi, tapi resolusi dan refresh rate-nya tidak bisa ditampilkan maksimal seperti menggunakan kabel, resolusinya dibatasi hingga 1224x1224 per eye, dan refresh rate-nya pun hanya bisa mencapai 90hz. Tapi untuk sekarang, angka ini cukup impressive. 

 

The best VR controller
Untuk controller-nya, hingga tahun 2022 ini, Valve Index adalah merupakan VR hardware dengan hand controller terbaik untuk bermain game VR, finger movement-nya adalah yang terbaik dikelasnya dan belum bisa ditiru oleh controller lain.

 


Controller generasi ke-2 dari PSVR untuk PS5, ikut mengadopsi teknologi dari controller Valve Index ini, let's wait and see, bagaimana hasil dan performanya saat release nanti. Hingga saat ini, baru ada announcement saja dari Sony, tapi belum ada release date-nya.


Enter the VR
Untuk sekarang, ada 4 cara untuk bisa menjalankan dan menikmati VR ini:

  1. Menggunakan VR yang ter-tether ke PC, via kabel atau wireless.
  2. Menggunakan VR yang sudah ada hardware didalamnya, seperti Oculus Quest.
  3. Menggunakan VR yang ter-tether ke gaming streaming service seperti Nvidia GeForce Now atau Google Stadia.
  4. Menggunakan HP sebagai VR headset, seperti Google Cardbox.

Yang terbaik, tetap VR headset yang ter-tether ke PC kita via kabel, resolusi yang ditampilkan bisa hingga resolusi 5K, refresh rate-nya pun bisa hingga 120 Hz, sehingga mata kita tidak cepat lelah saat menggunakan VR headset berjam-jam.

Kelemahan dari VR headset yang ter-tether ke PC adalah kita butuh hardware super powerful untuk bisa menampilkan resolusi tinggi dengan refresh rate tinggi, yang otomatis butuh uang banyak. Untuk PC-nya saja, kita butuh dana sekitar 20 hingga 30 jutaan, belum VR headsetnya yang harganya bisa sama seperti PC-nya. Ya, minimal mesti siap dana 50 hingga 100 jutaan jika ingin bermain VR secara nyaman.

Untuk lebih hemat, ada alternatif VR headset yang sudah ada hardware, processor dan graphic card, didalam VR headset-nya. Salah satunya adalah Oculus Quest, salah satu VR headset yang bisa digunakan tanpa harus tethering, harganya saat ini kurang lebih 5 jutaan.

Walaupun begitu, VR headset yang sudah ada hardware didalamnya, akan cukup dilematik saat digunakan; pertama, hardware yang tertanam di VR headset tersebut performanya mediocre dan tidak se-powerful saat tether ke PC; kedua, panas yang dihasilkan oleh hardware yang berada di VR headset akan mengganggu kenyamanan saat digunakan jangka panjang; ketiga, berat VR pun akan bertambah sehingga membuat kepala lebih berat dan tidak nyaman jika digunakan jangka panjang.

Untuk mengakali kekurangan hardware dari VR headset, kita bisa menggunakan gaming streaming service sebagai alternatif. Pihak penyedia jasa streaming menyediakan hardware untuk kita, lalu kita tinggal stream saja game-nya ke PC via Internet, lalu sinyalnya dikirim ke VR headset kita, baik via kabel ataupun wireless.

Secara teori sih, memang gaming streaming service ini kedengaran menarik, tapi secara realita tidak begitu. Gaming streaming service untuk saat ini belum se-powerful dan sepopuler film dan TV streaming service, keterbatasan sinyal dari server ke user merupakan kendala utama dalam menggunakan gaming streaming service ini, butuh koneksi broadband internet yang super cepat ataupun koneksi 5G yang stabil agar bisa menjalankan gaming streaming service dengan resolusi terbaik. Kecepatannya dip saja sedikit, akan mempengaruhi performance saat bermain game VR, resolusinya tiba-tiba turun lah, refresh rate-nya naik turun lah, dsb.

Dan, ada satu cara lagi untuk bisa menikmati VR tanpa harus beli VR headset yang ribet, yaitu dengan menggunakan HP kita sebagai VR headset, kita masukan HP kita kedalam alat tertentu, lalu kita pasang di kepala kita.

Performance-nya, jika menggunakan HP dengan spesifikasi yang powerful, bisa lebih baik dari VR headset yang sudah ada hardware di dalamnya seperti Oculus Quest.

Sayangnya, optimalisasi hardware untuk menempelkan HP didepan mata kita masih sangat terbatas, jarak mata ke HP, glare efek dari HP, resolusi dari HP, dsb. masih merupakan kekurangan yang akan cukup lama di optimalisasi kedepannya.

Selain itu, dari sisi software pun masih terkendala dari ukuran resolusi dan refresh rate yang beragam antara 1 HP dengan Hp yang lainnya, sehingga optimalisasi software akan cukup memakan waktu. Belum lagi ditambah optimalisasi software penunjang untuk mata tiap orang yang beragam, mulai yang matanya minus hingga plus, optimalisasi jarak HP ke mata, dsb.

Menurut artikel dari The Verge, Google sudah menghentikan proyek VR mereka sejak 2019 karena minimnya pengguna VR dan Samsung pun sudah menyetop produksi Samsung Gear VR, perangkat untuk menyambungkan HP ke kepala.

Menurut saya pribadi, agar lebih bisa diterima masyarakat, VR yang ideal itu harus bisa mengkombinasikan antara poin 3 dan 4, yaitu mengkombinasikan HP yang disulap jadi VR headset, ditambah koneksi ke gaming streaming service, sehingga bisa memangkas cost untuk tidak membeli hardware PC yang mahal dan hardware VR headset yang ribet.


Mr. Zuckerberg’s metaverse
Metaverse secara singkat adalah dunia 3D virtual, mirip seperti manga/anime Sword Art Online ataupun novel/film Ready Player One, dimana kita masuk kedunia VR, lalu berinteraksi dengan orang secara digital.

Tahun lalu Mark Zuckerberg menggagas ide ini agar bisa digunakan khalayak banyak, karena memang dia memiliki kepentingan karena telah membeli perusahaan VR, Oculus, sejak 2014 lalu.



Apakah sekarang kita sudah bisa memasuki dunia metaverse? Tentu bisa, tapi hanya sebagian orang "early adopter" saja yang sanggup beli VR headset yang baru bisa menikmati metaverse ini.

Untuk game yang bersifat metaverse ini, baru dimiliki Oculus dengan nama Horizon World, game-nya mirip seperti The Sims online, tapi VR.

Sama seperti teknologi yang lain, VR ini akan maju dan populer dikemudian hari, tapi bukan sekarang. Saya rasa dengan keterbatasan teknologi saat ini, VR tidak akan dulu populer hingga 5 hingga 10 tahun kedepan, bahkan untuk di Indonesia, bisa hingga 15 tahun kedepan agar bisa mainstream di masyarakat.

Sama seperti mobil listrik yang baru keluar di awal tahun 2000-an, atau sama seperti internet yang keluar di akhir tahun 90-an, VR ini masih baru masuk tahap “populer” tapi belum mainstream. Butuh waktu untuk infrastruktur yang mendukung VR ini maju.

VR ini teknologi yang masih mahal, PC untuk menjalankan VR secara “optimal” sangat mahal, bahkan untuk beli VR headset paling murah seharga 5 jutaan pun masyarakat pasti mikir-mikir dulu.

Saya kembali ulangi sekali lagi, agar lebih bisa diterima masyarakat, VR yang ideal itu harus bisa mengkombinasikan antara HP yang disulap jadi VR headset ditambah koneksi ke gaming streaming service, sehingga bisa memangkas cost untuk tidak membeli hardware PC yang mahal dan hardware VR headset yang ribet.

Teknologi hardware VR terus disempurnakan, walaupun berjalan pelan, tapi perkembangannya pasti. Saya rasa kedepannya, teknologi HP yang disulap menjadi VR akan lebih mumpuni baik secara hardware dan software.


Invest in VR company
Apakah sekarang kita perlu invest di perusahaan startup yang berbau VR? Menurut saya pribadi, untuk sekarang tidak dulu. Kenapa? karena teknologinya masih jauh dari kata sempurna, banyak kemungkinan perusahaannya akan failure di kemudian hari karena minim konsumen-nya.

Niche pengguna VR sangat kecil sekali, data dari Steam per desember 2021 menunjukan kurang lebih hanya 2% pengguna Steam yang bermain game dengan VR. Dari 2% ini, yang menggunakan Oculus Quest adalah yang terbanyak seperti pada chart berikut:



Saran dari saya tunggu 5-10 tahun lagi untuk invest di perusahaan terbaik yang berbasis VR, baik perusahaan hardware VR ataupun software VR. Jangan sampai dana investasi kita “lapur” oleh perusahaan yang berpotensi rapot merah.


Microsoft, the king of gaming content
Saya rasa langkah Microsoft ketika akhir bulan ini membeli Activision-Blizzard, bahkan beberapa tahun lalu membeli Mojang dan Bethesda, adalah langkah awal mereka untuk mengembangkan gaming streaming service di kemudian hari. Hingga nantinya, nge-game dan nge-VR tidak perlu pagi pake hardware powerful, cukup koneksi internet super cepat saja, urusan hardware-nya, biar mereka yang handle.


What’s next?
Saya selalu optimis dengan VR ini, saya yakin prospeknya akan sangat bagus sekali di kemudian hari, tapi sayangnya, bukan hari ini, bukan bulan ini, ataupun bukan tahun ini. Butuh waktu untuk infrastruktur yang menunjang VR ini maju, mulai dari broadband internet yang harus lebih cepat dari sekarang, sinyal 5G yang merata dan stabil, serta penyempurnaan sebuah HP agar bisa digunakan menjadi VR headset. Nah, kalau semua itu tercapai, maka VR ini akan bisa diterima dan digunakan luas oleh masyarakat di seluruh dunia. Let's just wait and see.


Pada kesempatan ini, saya ingin sharing pengalaman saya pribadi bermain PC game dengan menggunakan sinyal radio telepon LTE (4G). Game yang saya mainkan adalah Titan Fall 2 dari publisher EA Games.

Berikut adalah review (ulasan) mengenai bermain game dengan sinyal LTE:


Cara sinyal telepon bekerja
Sebelum memahami lebih lanjut bagaimana kita bisa bermain game dengan sinyal LTE, mari kita bahas bagaimana cara sinyal telepon bekerja.

Sinyal telepon mengirim dan menerima data; baik suara, gambar, text, file, dsb. melalui tower Base Transceiver Station (BTS). BTS ini nantinya akan berkomunikasi dengan main network pusat sebelum data dilanjutkan lagi ke server via kabel serat optik; sehingga nantinya, data bisa terkirim dan diterima oleh user.


Sinyal telepon seperti ini sangat sarat sekali dengan gangguan karena menggunakan jaringan gelombang radio yang bisa terdistorsi oleh berbagai objek dan keadaan alam. Misalnya terhalang oleh gedung tinggi, terhalang oleh bukit, terganggu oleh gelombang radio lain, dsb.




PC yang digunakan
Saya menggunakan PC yang saya rakit pada 2015 lalu. Untuk spec-nya secara garis besar adalah sebagai berikut:
  • Processor Intel i7 4790K
  • RAM Corsair DDR3 Dual Channel 8GB
  • MSI GTX 970
  • Western Digital Green 2TB HDD 7200rpm
  • Windows 7 Ultimate Edition


Modem yang digunakan
Saya menggunakan modem Huawei 3370 yang sudah support sinyal 4G. Saya juga menambahkan antenna external yang support dengan modem tersebut sebagai penambah daya tangkap sinyal.



Software dan game
Saya membeli game Titanfall 2 dalam bentuk hardcopy kepingan DVD original dari online shop di Tokopedia: Souvigameshop.

Game keluaran EA; seperti Titan Fall, Battlefield, Dragon Age, Need for Speed, dsb. menggunakan digital rights management (DRM) dengan aplikasi Origin. Jadi, jika ingin bermain game ini, harus membuat account dan meng-install aplikasi Origin di PC terlebih dahulu.

Keuntungan dari adanya DRM ini, bisa membuat kita meng-install game yang kita miliki di banyak PC. Untuk memainkannya, kita cukup log-in dengan account Origin yang sudah kita miliki.

Selain Origin dari EA, contoh lain dari aplikasi DRM untuk game adalah Steam dari Valve, GOG dari CD Projekt, dan uPlay dari Ubisoft.


Provider yang digunakan
Untuk mendapatkan sinyal LTE maksimal, saya menggunakan provider Indosat; karena memang kebetulan BTS-nya dekat dengan rumah sehingga sinyalnya cukup kuat. Selain itu, paket internet yang ditawarkan oleh Indosat Ooredo cukup murah dan limit kuota datanya cukup banyak.

Saya menggunakan paket internet Freedom Combo XXL dengan tarif 199.000 rupiah per bulannya. Total kuota paket ini adalah 82 GB; yang terdiri dari 70 GB untuk kuota 4G dan 12 GB bonus kuota.

Walaupun paket internet Freedom Combo XXL di marketingkan memiliki kuota 4G unlimited, akan tetapi, kuota datanya tetap dibatasi sampai FUP 70 GB.

Terkadang, ada diskon paket internet Freedom Combo XXL. Dari asalnya harga 199.000 rupiah menjadi 149.000 rupiah; atau bahkan kadang bisa menjadi 109.000. Cek harga paket tersebut setiap harinya; karena terkadang, tidak ada pemberitahuaan dari pihak Indosat Ooredo mengenai diskon ini.


Lokasi Bermain
Saya tinggal di pedesaan di salah satu Kabupaten di Jawa Barat. Kebetulan didaerah saya tidak ada bangunan tinggi menjulang yang bisa mengganggu daya hantar sinyal dari tower BTS ke modem. Hal-hal yang cukup mengganggu adalah jarak.



Waktu Bermain
Selama ini, untuk bisa menikmati bermain game multiplayer secara online dengan lancar, saya harus bermain diatas pukul 12 malam hingga pukul 4.30 pagi. Pada waktu tersebut, PING yang saya dapat cukup cepat, antara 100-200 ms. Jika tidak main pada malam hari, PING yang saya dapat bisa mengecewakan; bisa diatas 1000 ms.


Semakin banyak pengguna yang menggunakan perangkat dalam satu wilayah tower BTS; semakin berat beban BTS tersebut mentransferkan data ke server pusat.

Oleh karena itu, kita harus pintar-pintar memilih waktu jika ingin bermain game menggunakan sinyal telepon. Kita harus memilih waktu dimana orang lain sedang tidak menggunakan sinyal dari BTS di wilayah tersebut.


Berapa banyak data?
Karena rata-rata internet via jaringan telepon di Indonesia masih terbatas pada paket data, maka hal ini selalu menjadi pertanyaan. Berapa banyak data yang diperlukan untuk bisa bermain game secara online? Jawabannya adalah sedikit.

Data yang digunakan untuk bermain video game hanya sedikit saja per sesi permainannya; hanya beberapa puluh MB saja. Data yang masuk dan keluar secara online hanyalah fragment file kecilyang sudah dikompes sedemikian rupasehingga file data yang masuk dan keluar berukuran kecil. Sedangkan beban untuk graphic dan gameplay dibebankan kepada kemampuan PC user.

Saya pribadi, ketika bermain game Titan Fall 2 secara multiplayer, setiap satu sesi permainan, saya kira-kira menghabiskan antara 20-50 MB data.

Setiap satu sesi permainan tersebut berlangsung selama kurang lebih 10 menit dan dimainkan oleh 8-12 pemain ditambah AI. Jadi, untuk bermain selama satu jam, data yang saya pakai kurang lebih 200 mb.


Kesimpulan
  • Untuk bisa memainkan game secara online, kita harus memiliki game orisinil yang bisa dibeli secara fisik di toko-toko atau dibeli secara digital via Origin, Steam, GOG, atau uPlay.
  • Semua provider telepon seluler yang sudah support 4G bisa digunakan untuk bermain game via sinyal LTE.
  • Sesuaikan waktu bermain agar mendapatkan PING maksimal dengan sinyal LTE
  • Sesuaikan lokasi bermain agar dekat dengan BTS dan jauh dari bangunan tinggi yang bisa menghambat sinyal.
  • Kuota data yang ter-"makan" untuk bermain game hanya sedikit.


Kata Kunci
Bermain game dengan sinyal 4G, 3G, HSDPA, sinyal telepon, sinyal HP, Indosat, telkomsel, XL, Bolt, Smartfren.





Saya sering mendapat pertanyaan oleh teman-teman mengenai layar apa yang baik digunakan untuk PC; apakah itu monitor atau TV? Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita bahas dan bandingkan satu persatu teknologi yang ada pada layar TV dan Monitor. Semoga bermanfaat. :)

Resolusi
Resolusi menunjukan jumlah pixel yang dapat ditampilkan oleh suatu layar. Makin besar resolusinya, makin tajam gambar yang dihasilkan. Akan tetapi, makin meningkatnya resolusi berakibat kepada makin meningkatnya harga dari suatu layar.
Resolusi ditentukan oleh aspect ratio (rasio panjang dan lebar) dari suatu layar. Aspect ratio yang lazim digunakan saat ini pada TV atau Monitor adalah 16:9.

Beberapa monitor memiliki aspect ratio yang lebih variatif dibandingkan TV. Beberapa monitor ada yang memiliki aspect ratio 16:10, 21:9, dsb. Sebagai contoh, monitor dengan resolusi 21:9 adalah LG 29EA93.


Resolusi saat ini
Untuk mempermudah konsumen memahami resolusi, para produsen layar membuat istilah marketing untuk menamai angka resolusi yang beragam. Nantinya konsumen tidak perlu mengingat angkanya, cukup mengingat nama dari resolusi tersebut. Pihak produsen biasanya menamainya dengan istilah High Definition (HD).

Untuk TV atau Monitor dengan aspect ratio 16:9, nama dari resolusi yang lazim saat saat ini adalah:
  • HD Ready (720p) dengan resolusi 1280×720 atau 1366x768
  • Full HD (1080p) dengan resolusi 1920x1080
  • Quad HD (1440p) dengan resolusi 2560x1440 - resolusi ini hanya ditemukan pada monitor saja.
  • Ultra HD atau 4K (2160p) dengan resolusi 3840x2160


Walaupun sering dimarketingkan oleh produsen layar dengan istilah yang sama, ternyata resolusi Ultra HD dan 4K berbeda angka resolusinya. Ultra HD memiliki resolusi 3840x2160, sedangkan 4K memiliki resolusi 4096x2160. Untuk lebih lanjutnya: 4K and UHD are not the same thing.

Sebenarnya resolusi 8K (4320p) dengan resolusi 7680x4320 sudah ada di dunia, tetapi penggunaannya belum digunakan secara komersial. Penggunaannya masih terbatas di industri perfilman.

Akan tetapi, memasuki tahun 2016, LG mulai memperkenalkan dan menggunakan resolusi 8K pada TV terbarunya yang ditampilkan pada acara Consumer Electronics Show (CES) 2016. Untuk berita lebih lanjutnya: LG brought a mammoth 98-inch 8K display to CES 2016

Terdapat perbedaan antara Quad HD (QHD) dengan quarter HD (qHD). Untuk membahas lebih lanjutnya: Quad HD vs qHD.



Sesuaikan ukuran dengan resolusi
Kebanyakan TV ukuran besar saat ini terbatas pada resolusi Full HD. Jika ukuran TV terlalu besar tidak disesuaikan dengan resolusi, maka bisa mengakibatkan pixel pada gambar akan terlihat pecah dan gambar menjadi buram. Jadi untuk TV atau monitor dengan ukuran diatas 24 inch dibutuhkan resolusi diatas Full HD agar bisa mencapai sensasi maksimal.

Berikut ini adalah tabel mengenai resolusi yang sesuai untuk ukuran layar sehingga optimal untuk dilihat mata:



Resolusi menentukan harga

Walaupun gambar yang dihasilkan monitor atau TV dengan resolusi tinggi sangat tajam dan lebih hidup; akan tetapi, harganya masih terbilang mahal. Sebagai contoh, saat tulisan ini dibuat, harga TV 4K masih diatas $900 atau diatas 10 juta rupiah.

Begitupun dengan monitor; monitor yang berukuran 27 inch dengan resolusi Quad HD (2560x1440), saat tulisan ini dibuat, harganya bisa sama dengan TV Full HD ukuran 50 inch sekitar $500-$700.


Makin besar layar, makin cepat mata lelah
Karena rata-rata PC digunakan dari jarak dekat, maka TV atau monitor dengan ukuran 24 inch atau 27 inch sudah lebih dari cukup. Jika layarnya lebih besar dari 24 inch, maka harus dilihat dari jarak yang agak jauh agar mata tidak cepat lelah.

Untuk mengetahui lebih lanjut jarak optimum menonton sesuai resolusi dan ukuran dari layar, bisa dilihat di link ini: Jarak Optimum Menonton Sesuai Ukuran TV


Curve atau datar?
Penggunaan layar curve (melengkung) semakin marak di dunia. Teknologinya masih tebilang baru sehingga harga dari suatu layar curve masih terbilang mahal untuk saat ini.


Walaupun tampak menarik, akan tetapi layar curve jika digunakan untuk TV sangatlah banyak kekurangannya. Karena TV rata-rata ditonton oleh banyak orang dalam satu keluarga dan ditonton dalam jarak yang berbeda-beda, layar curve tidak akan memberikan sensasi maksimal jika tidak ditonton dititik yang tepat.

Berikut link untuk membahas lebih lanjut kekurangan layar curve: Does the world need curved TVs?

Ternyata potensi layar curve lebih terasa jika digunakan sebagai layar PC; baik itu monitor curve ataupun TV curve. Karena PC digunakan dalam jarak dekat dan digunakan tepat di tengah-tengah titik sweetspot, maka potensi sensasi immersive dari layar curve akan lebih terasa.

Sebagai referensi produk, berikut adalah link video review dari produk monitor curve: LG 34UC97 34" Curved LCD Monitor.


Perlukah refresh rate tinggi?
Refresh rate menunjukan seberapa sering suatu layar menghasilkan gambar baru per detiknya. Seiring berkembangnya teknologi layar digital, refresh rate makin ditingkatkan untuk mengurangi motion blur. Tetapi apakah perlu refresh rate lebih tinggi dari yang biasa digunakan yaitu 60 Hz menjadi 120 Hz, 144Hz, 240 Hz, atau bahkan 600 Hz?

Berdasarkan beberapa situs di internet, ternyata mata manusia tidak terlalu terpengaruh dengan refresh rate tinggi yang melebihi 60 Hz. Sehingga manfaatnya kurang begitu terasa bagi sebagian orang.

Manfaat refresh rate tinggi akan terasa pada TV atau monitor dengan teknologi 3D. Refresh rate dapat meningkatkan performa dan sensasi menonton 3D karena mengurangi motion blur. Selain itu, refresh rate tinggi juga berguna untuk mengurangi motion blur pada video game yang membutuhkan ketangkasan dan gerakan cepat. Contohnya pada game First Person Shooter (FPS) seperti Call of Duty, atau pada game Multiplayer Online Battle Arena (MOBA) seperti DOTA.

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai refresh rate, bisa dibuka link berikut: HDTV Refresh Rates Explained.


Percepat response time
Response time dalam teknologi layar menunjukan seberapa cepat suatu pixel dilayar bisa berganti ke pixel selanjutnya. kecepatan ini dihitung dalam mili second (ms) Grey to Grey (GTG). Semakin kecil angka response time, maka semakin cepat response yang dihasilkan dan gambar di layar akan semakin tajam.


Kebanyakan TV memiliki response time diatas 5 ms. Monitor memiliki response time yang lebih bervariatif dan lebih cepat dibandingkan TV, tergantung teknologi panel yang digunakan. Monitor dengan harga diatas 2 juta sudah mulai banyak menerapkan response time rendah hingga 1 ms.

Jika response time dari layar terlalu lama, maka akan terjadi input lag dan display lag antara PC dengan layar. Kerugian dari lag ini akan lebih terasa pada game yang membutuhkan ketangkasan dan gerakan cepat.


Pahami panel suatu layar
Panel merupakan thin-film transistor (TFT) yang digunakan untuk meningkatkan kualitas gambar yang dihasilkan oleh layar dengan teknologi LCD atau LED. Terdapat beberapa jenis panel yang lazim digunakan saat ini. Beberapa diantaranya adalah TN panel, VA panel, IPS panel, PLS panel, dsb.

Kiri: IPS, tengah: TN, Kanan: PLS
TN (Twisted Nematic) panel merupakan teknologi panel yang paling tua dan masih sering digunakan karena ongkos produksinya yang murah. Kelebihan dari TN panel ini bisa memberikan refresh rate tinggi serta bisa memberikan response time yang cepat (hingga 1ms). Sedangkan untuk kelemahannya, TN panel tidak bisa dilihat dari berbagai arah. Jika dilihat dari sudut kiri-kanan atau atas-bawah kualitas gambar akan berkurang karena gambar di layar meredup.

IPS (In-Plane switching) panel merupakan teknologi panel baru. Teknologi IPS panel memiliki tingkat akurasi warna yang sangat baik. Selain itu, IPS panel tidak mengalami penurunan kualitas jika dilihat dari berbagai sudut. Karena kelebihan inilah teknologi IPS panel sering digunakan untuk smartphone dan tablet. Kelemahan dari IPS panel adalah memiliki response time yang lambat dan belum bisa memiliki refresh rate tinggi.

Versi upgrade dari IPS panel ini adalah PLS (Plane to Line Switching) panel yang memberikan kualitas lebih baik dari IPS panel baik dari segi warna, sudut pandang, dan tingkat kecerahannya. Walaupun lebih baik dari IPS panel, PLS ini memiliki kekurangan yang sama seperti IPS: memiliki memiliki response time yang lambat dan belum bisa memiliki refresh rate tinggi.

Untuk lebih lanjutnya mengenai masalah panel ini, bisa dilihat pada artikel berikut: TN vs IPS vs VA, atau bisa dilihat pada video berikut: LCD Monitor Panels Types - TN vs IPS vs VA.

Untuk melihat perbandingan kualitas video dari panel suatu layar, bisa dilihat pada video berikut ini: IPS vs TN vs PLS.


Kerjasama monitor dengan graphic card
NVIDIA membuat sebuah teknologi yang bisa membuat monitor mengikuti pola kinerja graphic card sehingga meningkatkan performa graphic dari suatu game; terutama jika digunakan untuk memainkan game next-gen. Teknologi ini dinamakan G-Sync. Dengan menggunakan teknologi ini, tampilan game tidak akan mengalami screen tearing dan tidak akan terasa putus-putus.


Teknologi ini hanya bisa bekerja pada monitor khusus yang sudah support G-sync. Monitor tersebut sudah dipasangi chip khusus agar bisa bekerja sama dengan graphic card keluaran NVIDIA. Contoh dari monitor yang sudah support G-Sync adalah Asus PG278Q.

Sebagai bahan bacaan, berikut link yang membahas mengenai G-Sync: Blur Busters

Berikut adalah video mengenai cara kerja teknologi G-sync dari NVIDIA:

AMD tidak mau kalah bersaing dengan NVIDIA. AMD mulai membuat teknologi yang mirip dengan G-Sync dan diberi nama FreeSync. Akan tetapi, kepopuleran FreeSync tidak sepopuler G-sync sehingga cukup sulit untuk menemukan monitor yang sudah support FreeSync. Contah dari monitor yang sudah support FreeSync adalah Acer XR341CK.

Hingga saat ini, teknologi G-Sync dan FreeSync ini hanya ada pada monitor dan tidak ada di TV. Dan tentunya, dengan adanya teknologi G-Sync dan FreeSync pada monitor, akan meningkatkan juga harga dari monitor tersebut.


Connector resolusi tinggi
Untuk menyambungkan layar beresolusi tinggi dengan graphic card, maka dibutukan kabel connector yang juga harus bisa men-support resolusi tersebut. Banyak jenis kabel dari connector ini dan terkadang cukup membingungkan konsumen.

Ketika era monitor CRT, kita hanya mengenal connector antara PC dan monitor adalah kabel VGA yang berwarna biru. Karena kabel VGA terbatas hanya bisa menghantarkan sinyal analog dan tidak bisa menghantarkan sinyal resolusi tinggi, kabel tersebut sudah mulai ditinggalkan dan digantikan oleh kabel DVI, kabel HDMI, atau kabel Displayport. Untuk sekarang ini, Kabel VGA masih banyak digunakan untuk menyambungkan PC dengan proyektor.

Kabel HDMI (hitam), VGA (biru), dan DVI-D DL (putih)

Untuk menikmati sensasi resolusi Full HD, kabel HDMI saja sudah lebih dari cukup. Tetapi, jika ingin menampilkan layar dengan resolusi yang melebihi Full HD, misalnya  resolusi 4K dengan refresh rate diatas 60 Hz, maka dibutuhkan kabel DVI atau Displayport.

Dengan berkembangnya zaman, kabel HDMI mengalami update untuk bisa menghantarkan resolusi tinggi diatas Full HD. Saat ini kabel HDMI terbaru adalah seri 1.4 yang bisa menghantarakan resolusi 4K tetapi masih terbatas di refresh rate 30 Hz. Nanti kedepannya, akan ada seri kabel HDMI 2.0 yang bisa menghantarkan resolusi diatas 4K dengan refresh rate diatas 60 Hz.

Connector DVI memiliki banyak jenis dan bentuk. Akan tetapi, tidak semuanya bisa menampilkan resolusi tinggi. Untuk bisa menampilkan resolusi tinggi hingga 2560 × 1600 dengan refresh rate 60 Hz, maka harus menggunakan kabel DVI-D Dual Link (DL).

Dari semua kabel tersebut, yang paling superior adalah kabel Displayport; yang bisa menampilkan resolusi lebih dari 4K dengan refresh rate lebih dari 60 Hz. Bahkan update terbaru dari kabel Displayport yaitu seri 1.3 bisa menampilkan resolusi setara 8K dengan refresh rate 60 Hz.

Untuk menambah referensi, berikut adalah video mengenai perbedaan dari aneka kabel video: HDMI, Displayport, VGA, and DVI.


Mitos mengenai kabel
Ada mitos mengatakan bahwa makin mahal kabelnya, maka semakin bagus output image-nya. Ternyata ini merupakan teori yang salah. Berapapun harga kabelnya, hasilnya akan sama, memiliki daya dan kecepatan hantar yang sama, dan nantinya akan memiliki output image yang sama juga; yang membedakan kabel-kabel tersebut hanyalah dari kualitas bahan dasar kabel dan durability ketahanan kabelnya saja.
Sebagai contoh, misalnya kabel HDMI dengan harga 100 ribu dibandingkan dengan kabel HDMI harga 1 juta. Hasil akhir keduanya akan sama, yaitu memiliki output image yang sama; karena sama-sama kabel HDMI.

Untuk keterangan lebih lanjut, bisa buka link berikut: Why all HDMI cables are the same.


Keterbatasan Windows pada layar besar
Baik itu Windows 7, Windows 8, atau Windows 8.1 memiliki keterbatasan dalam menampilkan tampilannya dalam layar besar. Jika ukuran layar lebih besar dari 24 inch, gambar dan tulisan di desktop akan terlihat sangat kecil dan berbayang.

Seri Windows 7 keatas memiliki teknologi scaling untuk memperbesar tampilan layar sehingga tulisan dan tampilan layar menjadi jelas dan tidak berbayang. Akan tetapi, teknologi scaling ini bisa mengakibatkan beberapa aplikasi dan games menjadi crash atau error sehingga tidak bisa dibuka.

Karena Microsoft tidak membuat Windows 9 dan langsung lompat ke Windows 10, diharapkan nanti pada tahun 2015, Windows 10 sudah bisa memperbaiki fitur scaling yang terbatas pada Windows saat ini.


Kesimpulan antara layar monitor dan TV
Setelah penjelasan panjang lebar diatas, maka ini tips yang dapat saya berikan untuk menjawab pertanyaan mengenai penggunaan monitor atau TV untuk PC:
  • Jika PC hanya digunakan untuk keperluan ringan seperti menggunakan aplikasi office, browsing internet, bermain game online, menonton film, dsb. maka TV bisa digunakan sebagai alternatif dari monitor.
  • Tetapi jika PC digunakan untuk keperluan yang berat seperti menggunakan aplikasi graphic design, 3D modeling, atau bermain game next-gen, dsb. maka monitor sangatlah wajib digunakan dibandingkan TV.
  • Rata-rata PC digunakan dalam jarak dekat. TV atau monitor dengan ukuran 24 inch sudah lebih dari cukup. Usahakan resolusi layar sudah mendukung resolusi Full HD atau lebih.
  • TV berukuran besar rata-rata, saat tulisan ini dibuat, masih terbatas pada resolusi Full HD. Hal ini mengakibatkan sensasi penggunaan PC berkurang karena membuat tampilan menjadi agak buram karena pixel yang pecah.
  • Monitor berukuran besar rata-rata memiliki resolusi yang besar juga, hal ini mengakibatkan pada meningkatnya harga dari monitor itu sendiri. Selain itu, dibutuhkan juga graphic card yang mumpuni untuk memaksimalkan tampilan monitor resolusi tinggi tersebut; terutama jika digunakan untuk gaming.
  • Untuk sementara ini, OS Windows belum bisa maksimal jika ditampilkan pada layar besar sehingga mengakibatkan tulisan dan gambar di layar tampak kecil dan berbayang. Walaupun bisa diperbesar dengan fitur scaling; akan tetapi, fitur scaling ini bisa membuat crash atau error beberapa aplikasi atau games.

Renungan
Walaupun teknologi resolusi layar sudah sangat maju, akan tetapi teknologi media penunjangnya belum bisa mengejar kemajuan ini. Sebagai contoh, pada saat tulisan ini dibuat, resolusi film-film HD pada Blu-ray saja masih terbatas di resolusi Full HD. Selain itu, console tercanggih saat ini, Play Station 4 dan X-Box One, resolusinya juga masih terbatas pada Full HD.

Game yang dibuat PC oriented akan tampak lebih baik pada resolusi tinggi dibandingkan game yang dibuat console oriented. Salah satu contoh game yang dibuat PC oriented adalah game Star Citizen. Contoh lainnya adalah game yang di-optimized untuk PC seperti GTA V; yang asalnya dibuat untuk console, lalu di-optimize untuk bisa tampil dengan graphic dan resolusi maksimal di PC.

Sayangnya, hingga tulisan ini dibuat, graphic card pada PC masih sangat kewalahan menampilkan resolusi 4K. Graphic card tercanggih saat ini, GTX 1080, hanya bisa menampilkan 30-40 frame per second (FPS) saja pada setting maksimal; padahal harganya mencapai $700. Dibutuhkan 2 graphic card powerful dengan setting SLI atau Crossfire untuk bisa memaksimalkan layar 4K dengan frame rate diatas 60 FPS.

Jadi, walaupun memiliki layar dengan resolusi sangat tinggi, sedangkan saat ini media penunjangnya masih terbatas, akan terasa percuma karena teknologinya tidak bisa dimaksimalkan. Boleh dibilang hanya buang-buang uang saja.

Alangkah baiknya menunggu kemajuan teknologi beberapa tahun kedepan sebelum membeli TV atau monitor resolusi tinggi setara Ultra HD (4K). Diharapkan nanti media penunjangnya sudah bisa menyesuaikan dengan resolusi layar yang ada dan harganya semakin terjangkau. Untuk sekarang ini teknologi Full HD sudah lebih dari cukup.


[UPDATE]
Pada Agustus 2015, Blu-ray mulai memperkenalkan produk 4K-UHD yang mulai dijual ke konsumen. Karena Blu-ray berbentuk kepingan disk, maka selain harus memiliki layar dan kabel connector yang support 4K, maka dibutuhkan juga player Blu-ray khusus yang bisa memutarkan teknologi 4K tersebut.

Pada awal 2016, Sony dan Microsoft mengumumkan akan meluncurkan versi terbaru dari console mereka yang menurut pernyataannya bisa memutarkan game dengan resolusi 4K. Sony membuat versi terbaru dari PS4 bernama PS4 Neo dan akan diumumkan pada September 2016; sedangkan Microsoft membuat versi terbaru dari XBox One yang sementara ini dinamai Project Scorpio dan direncanakan akan release pada awal 2017.

Pada Maret 2017, NVIDIA me-release graphic card terbaru dan tercanggih mereka, GTX 1080 Ti, yang mampu menjalankan game-game dengan resolusi 4K hingga diatas 60 fps.


Untuk mencapai sensasi maksimal
Terakhir sebagai penutup, tanpa memikirkan harga, untuk mencapai sensasi maksimal dalam menampilkan display PC maka dibutuhkan:
  1. Monitor canggih dengan:
    • Resolusi tinggi (minimal Full HD).
    • Memiliki Refresh rate tinggi diatas 60 Hz.
    • Memiliki response time 1 ms.
    • Sudah support G-Sync atau FreeSync.
    • Memiliki color accuracy yang sangat baik.
  2. Kabel displayport untuk menyambungkan antara layar resolusi tinggi dengan graphic card.
  3. Graphic card yang powerful sehingga bisa menampilkan layar dengan resolusi tinggi.

Referensi


Kata Kunci
Perbedaan TV dan Monitor, TV atau Monitor, Monitor atau TV, TV sebagai Monitor, HDTV sebagai Monitor.



Ingin membuat ruangan untuk bioskop pribadi atau ruang menonton keluarga, tetapi bingung menentukan jarak menonton yang pas? Berikut ini adalah cara untuk mengetahui jarak optimal menonton:

Kalkulator Jarak Tonton
Buka link: Distance Calculator


Lalu anda pilih resolusi TV yang dimiliki:
  • Untuk TV CRT, Plasma, atau LCD generasi lama pilih resolusi 480p.
  • Untuk TV LCD atau LED dengan teknologi HD ready pilih resolusi 720p.
  • Untuk TV LCD atau LED dengan teknologi Full HD pilih resolusi 1080p.
  • Untuk TV LED dengan teknologi Ultra HD pilih resolusi Ultra HD (4K)

Selanjutnya anda ketik ukuran TV yang dimiliki.

Klik Calculate.

Nanti dibagian bawah akan muncul 2 keterangan:
  • Jarak minimum (Minimum Distance)
  • Jarak maksimum (Maximum Distance)

Makna dari Distance Calculator
Jika menonton kurang dari jarak minimum (Minimum Distance):
  • Artinya kita menonton terlalu dekat.
  • Bisa membuat mata cepat lelah dikarenakan mata tidak bisa menangkap semua objek yang ada di layar.
  • Jika memiliki TV resolusi rendah dilihat dari jarak dekat, maka akan terlihat pixel yang pecah di layar.
Rangkuman jarak minimum berdasarkan resolusi dan ukuran layar

Jika menonton lebih dari jarak maksimum (Maximum Distance):
  • Artinya kita menonton terlalu Jauh.
  • Akan mengurangi kenyamanan menonton karena objek yang dilihat mata terasa kecil.
  • Mata akan mudah teralihkan oleh objek diluar TV.

Prinsipnya:
  • Semakin besar layar, maka jarak menonton optimalnya semakin jauh.
  • Semakin kecil layar, maka jarak menonton optimalnya semakin dekat.

Saran
Terakhir sebagai saran, jika memiliki TV ukuran kecil dan belum memiliki budget yang cukup untuk membeli TV yang lebih besar, cukup dekatkan jarak tonton sehingga bisa terasa optimal dilihat oleh mata.



Sumber
http://www.rtings.com/info/television-size-to-distance-relationship
http://en.wikipedia.org/wiki/Optimum_HDTV_viewing_distance
http://www.hdtvtest.co.uk/Article/How-Far-Should-I-Sit.php

Keyword
Jarak menonton, Jarak tonton, Jarak menonton berdasarkan ukuran TV, menonton HDTV,