Gambar dari Canva (royalty-free license)

Di era modern yang penuh dengan perubahan dan kemajuan, berbagai aspek kehidupan pun turut bertransformasi. Salah satu fenomena sosial yang menarik untuk dikaji adalah fenomena orang-orang yang "beragama tapi ateis".


Fenomena ini setiap tahun semakin banyak terjadi di masyarakat kita dan sangat berdampak kepada perilaku sosial masyarakat. Oleh karena itulah, saya menulis artikel ini untuk melihat masalah sosial ini dari berbagai sudut pandang.


Artikel yang saya tulis ini diikutkan dalam lomba menulis blog yang diadakan oleh Universitas Negeri Yogyakarta (UMY) pada bulan Mei 2024. Semoga tulisan saya ini bisa mencerahkan pembaca sekalian.



Islam KTP

Gambar dari Canva (royalty-free license)

Bagi teman-teman muslim, kalian tentu tidak asing dengan istilah “Islam KTP”. Istilah ini merujuk kepada orang yang beragama Islam, tapi hanya sebatas di Kartu Tanda Penduduk (KTP) saja. Dalam kesehariannya, orang tersebut tidak menjalankan syariat Islam seperti salat, puasa, zakat, sedekah, dsb.


Fenomena ini bukan hanya terjadi di Indonesia dan di agama Islam saja, tapi terjadi pada semua agama yang ada di seluruh dunia; Katolik, Hindu, Budha, Konghucu, Yahudi, dsb.


Orang-orang ini beragama, tapi hanya sebatas tanda pengenal saja. Kelakuan mereka sehari-hari seperti orang ateis pada umumnya, tidak beribadah. Oleh karena itulah, orang-orang ini bisa dibilang beragama, tapi ateis. Mereka beriman dan percaya akan adanya tuhan, tapi untuk urusan taat terhadap aturan agama dan mengerjakan ibadah yang diperintahkan oleh agama, mereka tidak peduli.


Yang lebih memprihatinkan, fenomena orang-orang seperti ini jumlahnya terus bertambah setiap tahunnya. Fenomena ini bisa kita lihat sendiri dengan mudah di tempat-tempat ibadah yang mulai sepi jemaah.


Bagi teman-teman muslim, kita bisa lihat sendiri bagaimana sepinya masjid sejak beberapa tahun ke belakang. Orang yang salat ke masjid hanya orang itu-itu saja, yang rata-rata mereka ini sudah sepuh dan berumur. Mereka yang berusia dibawah 30 tahun bisa dihitung jari di dalam masjid. Jika diibaratkan sepak bola, pergantian pemainnya tidak sebanding antara pemain muda dengan pemain inti yang sudah mau pensiun dan tutup umur.


Begitupun juga angka kunjungan ke gereja. Menurut data statistik dari Churchtrac di Amerika, angka kunjungan mingguan umat nasrani ke gereja turun 12% sejak tahun 2000. Tren penurunan ini pun terjadi di tempat-tempat ibadah lainnya, seperti pura dan vihara.



Lain dulu lain sekarang

Gambar dari Canva (royalty-free license)

Jika kita lihat orang tua kita dulu, kakek nenek kita, buyut buyut kita, mereka adalah pribadi yang rajin ibadah. Mengapa orang zaman dulu lebih rajin ibadah dibanding orang zaman sekarang?


Zaman dulu itu segala serba susah; perang dimana-mana, bahan pangan serba susah, ekonomi serba susah. Penyakit ringan seperti tipes (demam tifoid) pun, bisa membuat orang meninggal. Belum lagi, mereka merasakan hidup di zaman penjajahan dimana kebebasan diri itu sangatlah terbatas.


Kehidupan zaman dulu penuh dengan ketidakpastian dan bahaya. Agama memberikan rasa aman dan kepastian dalam menghadapi situasi-situasi sulit. Keyakinan akan adanya kekuatan yang lebih besar dari diri manusia memberikan kekuatan dan harapan. Kita bisa melihat contohnya pada diri kita sendiri ketika kita sedang susah, sedang sakit, sedang bangkrut tak punya uang, sedang depresi oleh rasa sedih, maka kita akan lebih mudah mengingat tuhan, begitupun dengan masyarakat zaman dahulu.


Lain halnya dengan zaman sekarang yang serba mudah. Zaman sudah damai tidak ada peperangan yang menyusahkan; bahan pangan bisa didapat dengan mudah; penyakit-penyakit yang dulu dianggap berbahaya pun, sekarang sudah bisa disembuhkan, semisal flu, tipes, polio, kolera, dsb. yang dulu sangat mengerikan dan tidak bisa sembuh, sekarang bisa sembuh dengan mudah.


Belum lagi manusia modern itu dimabukan oleh teknologi sehingga menggerus waktu yang mereka punya. Pernah tidak kalian membuka media sosial di HP kalian, tidak terasa, tahu-tahu waktu 20 menit sudah berlalu. Kurang lebih seperti itulah kesibukan kita sebagai manusia modern. Jika tidak dikontrol dengan baik, teknologi ini bisa membuat manusia lalai dalam beribadah dan mengingat tuhan.


Menurut hasil data statistik, manusia modern itu menghabiskan kurang lebih 7 jam di depan layar—termasuk layar HP, TV, dan komputer; baik untuk internetan, nonton acara streaming service, media sosial, maupun bermain video game.


Faktor lain yang dapat memengaruhi ketaatan beribadah adalah pengaruh budaya, pendidikan agama, dan akses terhadap tempat ibadah. Di zaman modern, banyak orang yang terpapar budaya dan pemikiran yang bertentangan dengan nilai-nilai agama. Selain itu, kesibukan dan gaya hidup modern juga membuat banyak orang sulit untuk meluangkan waktu untuk beribadah.



Masyarakat amoral

Gambar dari Canva (royalty-free license)

Salah satu dampak dari jauhnya manusia dari agama adalah perilaku amoral yang mulai marak di masyarakat. Manusia yang jauh dari agama cenderung kehilangan moral value dan tidak memiliki batasan dalam melakukan perbuatan buruk.


Kita dapat menilai sendiri penurunan moral masyarakat ini melalui berita di media sosial kita. Misalnya kasus perzinahan para pelakor; atau fenomena begal dan klitih, dimana anak-anak muda melakukan pembacokan secara random pada orang-orang di malam hari; atau juga misalnya kasus korupsi triliunan yang menjerat pejabat-pejabat negara kita. Fenomena ini menunjukkan bahwa manusia yang jauh dari agama kehilangan nilai-nilai moral dan etika yang diajarkan oleh agama.


Berikut saya rangkum efek negatif ketika manusia jauh dari agama:

  • Krisis makna dan tujuan: manusia akan mengalami krisis makna dan tujuan dalam hidup mereka ketika mereka menjauh dari agama. Hidup menjadi tidak jelas dan tanpa arah.
  • Kehilangan nilai-nilai moral: agama seringkali menjadi sumber nilai-nilai moral yang memberikan arahan tentang apa yang benar dan salah.
  • Kurangnya ketenangan batin: agama sering memberikan kenyamanan dan ketenangan batin kepada orang-orang dalam menghadapi tantangan hidup.
  • Meningkatnya Individualisme: ketika orang-orang menjauh dari agama, ada kecenderungan untuk meningkatnya individualisme dalam masyarakat. Orang-orang mungkin lebih fokus pada kebutuhan dan keinginan pribadi mereka sendiri daripada pada kebutuhan dan keinginan komunitas.
  • Kurangnya panduan dalam menghadapi krisis: agama sering memberikan panduan dan dukungan spiritual dalam menghadapi krisis kehidupan seperti kematian, sakit, atau kehilangan.

Secara tidak langsung, agama menjadi kontrol sosial di masyarakat. Agama juga berperan dalam mengontrol perilaku sosial dan mengatur norma-norma moral. Kehadiran agama memberikan dorongan untuk mematuhi aturan-aturan yang telah ditetapkan dalam agama tersebut. Bahkan tidak jarang aturan agama tersebut berubah menjadi aturan negara.


Semakin masyarakat dekat dengan agama, penyimpangan-penyimpangan sosial akan semakin berkurang di masyarakat. Sayangnya, semakin kesini orang-orang semakin tidak tertarik dengan agama.



Nasib agama di masa depan

Gambar dari Canva (royalty-free license)

Bagaimana nasib agama-agama ini kedepannya jika semua orang sudah tidak tertarik dengan agama?


Saya pribadi percaya bahwa suatu saat manusia akan kembali kepada agama di masa depan. Terutama ketika dunia ini sedang mengalami krisis, baik itu karena perubahan iklim maupun peperangan.


Walaupun kita sedang hidup rukun, damai, tentram sentosa. Sebenarnya dunia ini sedang tidak baik-baik saja. Kerusakan alam yang terjadi secara global sangat berdampak buruk pada iklim dunia. Menurut Unesco, pada 2050 dunia ini akan mengalami krisis air bersih sehingga berdampak pada ketersediaan pangan secara internasional.


Bayangkan jika ratusan juta hektar lahan pertanian gagal panen, semua orang akan kesulitan pangan. Kita akan kembali ke zaman serba susah. Negara adidaya akan mencari resource ke negara yang kaya pangan, dan pastinya peperangan akan kembali mencuat di seluruh dunia. Belum lagi bencana alam—seperti kebakaran hutan, banjir, dsb.—akan lebih mudah terjadi di masa depan.


Krisis iklim dan peperangan dapat meningkatkan rasa cemas, ketidakpastian, dan kekhawatiran dalam masyarakat. Dalam situasi-situasi seperti ini, agama dapat memberikan harapan, ketenangan, dan kekuatan spiritual bagi individu untuk menghadapi tantangan-tantangan tersebut. Di tengah-tengah krisis, orang-orang akan mulai mempertanyakan nilai-nilai makna yang lebih dalam dalam kehidupan mereka. Nah, pada saat itulah manusia akan kembali dekat pada ajaran agama.


Agama dapat memberikan makna dan tujuan hidup dalam situasi yang penuh dengan ketidakpastian. Agama juga dapat membantu individu untuk membangun ketahanan mental dan spiritual dalam menghadapi tantangan-tantangan hidup.



Memulai dari hal yang kecil

Gambar dari Canva (royalty-free license)

Memang betul, suatu saat manusia akan kembali dekat dengan agama. Tapi, itu masih lama. Sebelum semua itu terjadi kita harus bisa menanamkan nilai-nilai agama pada diri anak-anak dan cucu-cucu kita. Jangan sampai ketika mereka hidup di zaman serba susah, mereka mencari pelarian ke hal-hal tidak berguna seperti alkohol, narkotik, atau yang lebih parah malah mengakhiri hidup mereka sendiri. Naudzubillah.


Menanamkan nilai-nilai agama pada anak-anak sejak usia dini dapat membantu mereka untuk membangun karakter yang kuat, moralitas yang baik, dan ketangguhan mental dalam menghadapi berbagai tantangan hidup. Anak-anak yang memiliki nilai-nilai agama yang kuat akan lebih mampu untuk membedakan antara yang benar dan yang salah, serta memiliki kompas moral yang jelas dalam kehidupan mereka.


Kita mulai perubahan ini dari diri kita dulu, kita teruskan beribadah sesuai kepercayaan kita. Kita berikan contoh dengan menjadi menjadi pribadi yang baik di masyarakat dan berempati terhadap sesama. Selanjutnya, kita ajak anak-anak kita, saudara kita, orang tua kita, untuk menjadi ahli ibadah, beragama dengan taat dan mempelajari isinya.


Selain itu, kita juga dapat mengurangi waktu screen time, baik kita sendiri dan anak-anak, dan menggantinya dengan hal-hal positif. Misalnya, kita bisa menggunakan Youtube untuk mempelajari agama. Kita bisa mencari pemuka agama yang mengajarkan nilai-nilai kebaikan dan toleransi. Kita juga dapat mencari komunitas-komunitas keagamaan yang dapat membantu kita untuk tetap termotivasi dalam beribadah.


Solusi ini mungkin tampak sederhana, tetapi dapat membawa perubahan moral jangka panjang bagi Indonesia. Marilah kita bersama-sama menanamkan nilai-nilai agama pada setiap sendi kehidupan. Dengan demikian, kita dapat membangun generasi Indonesia emas yang berakhlak mulia dan berkontribusi positif bagi bangsa dan negara. Insyaallah.




Gambar dari Canva (royalty-free license)

Waktu optimal belajar bagi anak-anak

Memiliki anak yang cerdas dan berprestasi adalah dambaan setiap orang tua. Namun, tahukah kalian bahwa kunci utama untuk mencapai hal tersebut terletak pada pemilihan waktu belajar yang tepat?


Menurut penelitian, otak manusia bekerja paling optimal pada pukul 4 pagi hingga 7 pagi. Sayangnya, jadwal belajar formal di sekolah biasanya baru dimulai pada pukul 7.30 pagi, sehingga waktu emas belajar ini terlewatkan.


Begitupun juga ketika anak-anak ingin mengikuti bimbingan belajar (bimbel) yang umumnya diadakan di waktu pulang sekolah, seperti pada siang, sore, atau malam hari. Pada waktu-waktu tersebut, kemampuan otak anak-anak untuk menyerap informasi sudah menurun.


Belum lagi jika ditambah dengan jadwal sekolah yang padat, misalnya saja pada anak-anak yang bersekolah di sekolah Islam terpadu, yang memadukan kurikulum sekolah umum dan madrasah diniyah. Anak-anak ini baru bisa pulang sekitar pukul 4 sore. Belum lagi jika pulangnya terjebak macet, belum mereka harus makan malam, belum harus mandi, belum harus sembahyang. Mungkin si anak akan kembali punya waktu kosong di pukul 6 hingga pukul 7 malam.


Jika kita suruh lagi mereka untuk ikut bimbel, yang ada anak-anak akan "ngedumel" karena sudah tidak mood belajar. Bisa sih, kita paksakan. Tapi, nanti konsentrasi dan daya tangkap mereka menjadi berkurang karena sudah keburu malas dan capek. Itulah mengapa waktu pagi hari sangat dianjurkan untuk digunakan belajar.


Mengapa pagi hari merupakan waktu belajar yang ideal?

  • Otak yang Segar: Di pagi hari, otak anak-anak berada dalam kondisi paling segar dan fokus. Hal ini dikarenakan mereka telah beristirahat dengan cukup dan siap untuk menerima informasi baru.
  • Meningkatkan Daya Ingat: Penelitian menunjukkan bahwa daya ingat anak-anak lebih optimal di pagi hari. Hal ini berarti materi pelajaran yang dipelajari di pagi hari akan lebih mudah diingat dan dipahami.
  • Meningkatkan Konsentrasi: Di pagi hari, anak-anak umumnya lebih tenang dan tidak mudah teralihkan oleh hal-hal lain. Hal ini membuat mereka lebih mudah berkonsentrasi pada pelajaran.



Memilih bimbel yang tepat

Gambar dari Canva (royalty-free license)

Setelah mengetahui waktu belajar yang ideal untuk anak-anak, langkah selanjutnya adalah memilih tempat bimbel yang tepat. Bimbel harus dapat mengakomodasi waktu belajar pagi hari dan memberikan metode belajar yang efektif.

Itulah mengapa, saya merekomendasikan Kumon sebagai tempat bimbel pilihan, yang merupakan tempat bimbel Matematika anak dan tempat les Bahasa Inggris anak yang sudah terpercaya sejak 1958.


Mengapa Kumon?

  • Metode self-learning: Kumon menggunakan metode self-learning dalam bentuk lembar kerja soal yang bisa dikerjakan di rumah. Hal ini memungkinkan anak-anak untuk belajar di pagi hari, sesuai dengan waktu optimal otak mereka.
  • Jadwal fleksibel: Mayoritas kegiatan bimbel di Kumon dilakukan secara mandiri di rumah, dengan tatap muka dengan pembimbing hanya 2 kali per minggu untuk evaluasi. Jadwal tatap mukanya pun fleksibel, bisa diikuti di hari Sabtu-Minggu, sehingga tidak mengganggu kegiatan sekolah.

Metode self-learning dan jadwal yang fleksibel ini bisa memaksimalkan potensi anak-anak di pagi hari. Setelah anak-anak bangun, sembahyang subuh, dan sarapan, mereka bisa langsung mengerjakan soal-soal dari Kumon. Bahkan, ketika perjalanan menuju sekolah pun, mereka bisa sambil mengerjakan soal Kumon di dalam mobil.



Kumon Connect: kelas tanpa batas

Gambar dari Canva (royalty-free license)

Kumon terus berinovasi untuk memberikan pengalaman belajar terbaik bagi anak-anak. Kini, Kumon menghadirkan Kumon Connect, aplikasi pembelajaran Kumon Digital melalui tablet berbasis Android dan iOS. Kumon Connect menawarkan les Matematika online dan/atau kursus Bahasa Inggris online yang terintegrasi dengan metode pembelajaran Kumon yang telah terbukti efektif.


Kumon versi biasa saja sudah sangat fleksibel dalam mengakomodir waktu belajar para siswanya, apalagi sekarang ada versi digitalnya. Anak-anak bisa mengerjakan soal lebih mudah tanpa perlu membawa alat tulis dan modul lembar kerja Kumon, sehingga anak-anak bisa belajar kapanpun dan dimanapun, tanpa batas. Misalnya saat mudik lebaran, anak-anak bisa mengerjakan lembar kerja Kumon dengan ditemani kakek dan nenek di kampung halaman.


Kita juga sebagai orang tua bisa memantau progres anak-anak melalui aplikasi Kumon Connect. Kita bisa mengetahui level kemampuan anak-anak sudah sejauh mana dalam belajar. Jadinya, setiap biaya yang kita keluarkan untuk membayar bimbel, benar-benar menjadi investasi yang maksimal untuk anak-anak kita di kemudian hari.


Bahkan, untuk evaluasi dengan guru pembimbing pun, bisa dilakukan hanya melalui aplikasi saja, tanpa perlu tatap muka langsung. Ini sangat berguna sekali, terutama jika ada faktor eksternal yang menghambat anak-anak untuk belajar; misalnya seperti saat kemarin pandemi Covid, ataupun saat cuaca tidak mendukung untuk keluar rumah, misalnya karena ada banjir atau hujan lebat. Benar-benar sangat fleksibel.


Walaupun begitu, orang tua juga tetap harus ikut memantau kegiatan anak-anak saat mengerjakan soal di tablet mereka, agar saat mereka mengerjakan soal, tidak berpindah ke aplikasi lain seperti Youtube atau game. Hal ini bisa dilakukan langsung oleh para orang tua, sambil mereka mengerjakan soal, kita pantau dan tunggu mereka; atau bisa juga kita pantau mereka melalui aplikasi Google Family Link yang bisa dipasang ke tablet berbasis Android, sehingga aplikasi non Kumon, bisa dimatikan sementara selama anak-anak mengerjakan soal. Praktis, kan?


Ayo, tunggu apalagi, ajak anak-anak kita, saudara-saudara kita, untuk mengikuti Kumon agar bisa memaksimalkan potensi mereka dalam belajar.




Film merupakan medium entertainment yang saya sangat sukai, terlebih jika ada adegan bela dirinya. Bela diri antara 1 orang melawan beberapa orang sekaligus, hingga melawan puluhan, bahkan ratusan musuh sekaligus merupakan hal yang sangat menarik sekali di tonton. Berikut 10 adegan film dimana 1 orang tokoh utamanya melawan banyak musuh.


Oldboy (2003)


John Wick: Chapter 3 – Parabellum (2019)


Atomic Blonde (2017)


The Matrix Reloaded (2003)


Kung Fu Hustle (2004)


Nobody (2021)


Dragon Tiger Gate (2006)


Kill Bill Volume 1 (2003)


Kingsman: The Secret Service (2014)


Ong Bak 2 (2008)


I (2015)


The Raid Redemption (2011)



The Raid 2 (2014)



Tom-Yum-Goong (2005)



The Man from Nowhere (2010)



Honorable Mention

 
Fist of Fury (1972)


Fist of Legend (1994)

Ugramm (2014)


dr. Haing S. Ngor adalah seorang dokter bedah yang memenangkan piala Oscar Academy Award for Best Supporting Actor pada tahun 1985 di film The Killing Fields. Dia juga adalah orang asia pertama yang mendapatkan piala Oscar pada kategori ini.

Sebelum sukses berakting, dr. Ngor adalah seorang dokter bedah yang merangkap sebagai ginekologis (dokter kebidanan) di Kamboja. Tetapi setelah terjadi pemberontakan di Kamboja pada tahun 1975, dia diungsikan di tempat pengungsian tahanan bersama istrinya.

Di tempat pengungsian itu, dr. Ngor bersama jutaan orang lainnya diperbudak dan disiksa. dr. Ngor kehilangan salah satu jarinya di tempat pengungsian ini. Dan yang sangat disayangkan, istrinya meninggal dunia saat melahirkan di tempat pengungsian tersebut.

Akhirnya pada 1979, dr. Ngor diselamatkan oleh pasukan Vietnam lalu dipindahkan ke tempat pengungsian di Thailand dan menjadi dokter di sana. Satu tahun kemudian, pada tahun 1980, dr Ngor bersama sepupunya pergi ke Amerika Serikat untuk merantau. Sayangnya lisensi medis-nya tidak diterima di Amerika Serikat sehingga membuat dia harus beralih profesi.

Pada tahun 1985, dia ditawari akting oleh salah satu pembuat film Hollywood untuk memerankan film mengenai pemberontakan di Kamboja. Awalnya dr. Ngor menolak, akan tetapi, dia teringat istrinya pernah menyuruhnya untuk menunjukan apa yang terjadi di Kamboja kepada dunia. Baru setelah itulah, dr. Ngor bersedia bermain film The Killing Fields, dan langsung memenangkan piala Oscar di Academy Awards 1985, pada akting perdananya tersebut.

Gambar dari: CAAM

Setelah mendapatkan piala Oscar dari Academy Awards, karir akting dr. Ngor terus melejit hingga dia memerankan banyak film dan tayangan serial TV di Amerika Serikat. Dia mendirikan badan amal Dr. Haing S. Ngor Foundation untuk membantu anak-anak di Kamboja dan membangun infrastuktur di negara tersebut.

Sayangnya pada tahun 1996, dr. Ngor meninggal dunia dibunuh dan dirampok hartanya oleh 3 orang berandal jalanan. Hingga sekarang, jasa-jasa dr. Ngor masih dikenang oleh masyarakat Kamboja.

 



The popularity of VR
Virtual Reality (VR) merupakan teknologi yang sudah ada sejak tahun 70-an. Pada saat tersebut penggunaan VR terbatas digunakan hanya untuk research dan penelitian saja. Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya teknologi, VR ini mulai mengalami kemajuan hingga masuk tahun 2000-an.

Baru pada 2012-an, VR ini kembali populer oleh Oculus Rift dengan memperkenalkan teknologi VR untuk bermain game. Oculus Rift Development Kit 1 (DK1) mulai dijual dipasaran pada 2012 via Kickstarter. Saya mulai kenal dan subscribe ke Pewdiepie pun, karena research saya terhadap VR ini di tahun 2013.

Sekarang, VR headset sudah banyak jenisnya dan banyak merknya, Oculus bukan pemain sendiri seperti dulu, sekarang ada Vive dari HTC, Reverb G dari HP, Vision 8K dari Pimax, dan my favorite, INDEX dari Valve. Bahkan Playstation pun, sejak era PS4, sudah punya hardware VR khusus untuk console mereka sendiri yang diberi nama PSVR.


VR Game

Sejak dipopulerkan oleh Oculus hingga saat ini, VR tetap sangat populer untuk digunakan bermain game dibandingkan untuk keperluan lain. Sudah banyak game ber-genre VR ini dapat ditemui di marketplace game digital seperti Steam. Mulai dari yang bergenre action, simulation, hingga genre pendidikan pun ada.

Valve sebagai pioneer banyak teknologi di industri video game sempat menggebrak industri game VR dengan game Half Life: Alyx pada 2020 lalu, game yang didesain secara khusus untuk platform VR ini merupakan masterpiece dari semua game VR. 

 

The best VR headset
Untuk sementara, hingga akhir 2021, dari hasil review pengguna dan spesifikasi yang diberikan, HTV Vive Pro 2 adalah VR unit dengan headset terbaik. Resolusi VR headset ini merupakan yang terbaik diantara semuanya, 4896 x 2448 dengan refresh rate 90 Hz, dan bisa ditambah hingga 120 Hz. Headsetnya nyaman digunakan, bisa tethering via 5.5 GHz wifi ke PC, build in earphone-nya bisa 3D audio, dsb.

Walaupun bisa tethering via 5.5Ghz wifi, tapi resolusi dan refresh rate-nya tidak bisa ditampilkan maksimal seperti menggunakan kabel, resolusinya dibatasi hingga 1224x1224 per eye, dan refresh rate-nya pun hanya bisa mencapai 90hz. Tapi untuk sekarang, angka ini cukup impressive. 

 

The best VR controller
Untuk controller-nya, hingga tahun 2022 ini, Valve Index adalah merupakan VR hardware dengan hand controller terbaik untuk bermain game VR, finger movement-nya adalah yang terbaik dikelasnya dan belum bisa ditiru oleh controller lain.

 


Controller generasi ke-2 dari PSVR untuk PS5, ikut mengadopsi teknologi dari controller Valve Index ini, let's wait and see, bagaimana hasil dan performanya saat release nanti. Hingga saat ini, baru ada announcement saja dari Sony, tapi belum ada release date-nya.


Enter the VR
Untuk sekarang, ada 4 cara untuk bisa menjalankan dan menikmati VR ini:

  1. Menggunakan VR yang ter-tether ke PC, via kabel atau wireless.
  2. Menggunakan VR yang sudah ada hardware didalamnya, seperti Oculus Quest.
  3. Menggunakan VR yang ter-tether ke gaming streaming service seperti Nvidia GeForce Now atau Google Stadia.
  4. Menggunakan HP sebagai VR headset, seperti Google Cardbox.

Yang terbaik, tetap VR headset yang ter-tether ke PC kita via kabel, resolusi yang ditampilkan bisa hingga resolusi 5K, refresh rate-nya pun bisa hingga 120 Hz, sehingga mata kita tidak cepat lelah saat menggunakan VR headset berjam-jam.

Kelemahan dari VR headset yang ter-tether ke PC adalah kita butuh hardware super powerful untuk bisa menampilkan resolusi tinggi dengan refresh rate tinggi, yang otomatis butuh uang banyak. Untuk PC-nya saja, kita butuh dana sekitar 20 hingga 30 jutaan, belum VR headsetnya yang harganya bisa sama seperti PC-nya. Ya, minimal mesti siap dana 50 hingga 100 jutaan jika ingin bermain VR secara nyaman.

Untuk lebih hemat, ada alternatif VR headset yang sudah ada hardware, processor dan graphic card, didalam VR headset-nya. Salah satunya adalah Oculus Quest, salah satu VR headset yang bisa digunakan tanpa harus tethering, harganya saat ini kurang lebih 5 jutaan.

Walaupun begitu, VR headset yang sudah ada hardware didalamnya, akan cukup dilematik saat digunakan; pertama, hardware yang tertanam di VR headset tersebut performanya mediocre dan tidak se-powerful saat tether ke PC; kedua, panas yang dihasilkan oleh hardware yang berada di VR headset akan mengganggu kenyamanan saat digunakan jangka panjang; ketiga, berat VR pun akan bertambah sehingga membuat kepala lebih berat dan tidak nyaman jika digunakan jangka panjang.

Untuk mengakali kekurangan hardware dari VR headset, kita bisa menggunakan gaming streaming service sebagai alternatif. Pihak penyedia jasa streaming menyediakan hardware untuk kita, lalu kita tinggal stream saja game-nya ke PC via Internet, lalu sinyalnya dikirim ke VR headset kita, baik via kabel ataupun wireless.

Secara teori sih, memang gaming streaming service ini kedengaran menarik, tapi secara realita tidak begitu. Gaming streaming service untuk saat ini belum se-powerful dan sepopuler film dan TV streaming service, keterbatasan sinyal dari server ke user merupakan kendala utama dalam menggunakan gaming streaming service ini, butuh koneksi broadband internet yang super cepat ataupun koneksi 5G yang stabil agar bisa menjalankan gaming streaming service dengan resolusi terbaik. Kecepatannya dip saja sedikit, akan mempengaruhi performance saat bermain game VR, resolusinya tiba-tiba turun lah, refresh rate-nya naik turun lah, dsb.

Dan, ada satu cara lagi untuk bisa menikmati VR tanpa harus beli VR headset yang ribet, yaitu dengan menggunakan HP kita sebagai VR headset, kita masukan HP kita kedalam alat tertentu, lalu kita pasang di kepala kita.

Performance-nya, jika menggunakan HP dengan spesifikasi yang powerful, bisa lebih baik dari VR headset yang sudah ada hardware di dalamnya seperti Oculus Quest.

Sayangnya, optimalisasi hardware untuk menempelkan HP didepan mata kita masih sangat terbatas, jarak mata ke HP, glare efek dari HP, resolusi dari HP, dsb. masih merupakan kekurangan yang akan cukup lama di optimalisasi kedepannya.

Selain itu, dari sisi software pun masih terkendala dari ukuran resolusi dan refresh rate yang beragam antara 1 HP dengan Hp yang lainnya, sehingga optimalisasi software akan cukup memakan waktu. Belum lagi ditambah optimalisasi software penunjang untuk mata tiap orang yang beragam, mulai yang matanya minus hingga plus, optimalisasi jarak HP ke mata, dsb.

Menurut artikel dari The Verge, Google sudah menghentikan proyek VR mereka sejak 2019 karena minimnya pengguna VR dan Samsung pun sudah menyetop produksi Samsung Gear VR, perangkat untuk menyambungkan HP ke kepala.

Menurut saya pribadi, agar lebih bisa diterima masyarakat, VR yang ideal itu harus bisa mengkombinasikan antara poin 3 dan 4, yaitu mengkombinasikan HP yang disulap jadi VR headset, ditambah koneksi ke gaming streaming service, sehingga bisa memangkas cost untuk tidak membeli hardware PC yang mahal dan hardware VR headset yang ribet.


Mr. Zuckerberg’s metaverse
Metaverse secara singkat adalah dunia 3D virtual, mirip seperti manga/anime Sword Art Online ataupun novel/film Ready Player One, dimana kita masuk kedunia VR, lalu berinteraksi dengan orang secara digital.

Tahun lalu Mark Zuckerberg menggagas ide ini agar bisa digunakan khalayak banyak, karena memang dia memiliki kepentingan karena telah membeli perusahaan VR, Oculus, sejak 2014 lalu.



Apakah sekarang kita sudah bisa memasuki dunia metaverse? Tentu bisa, tapi hanya sebagian orang "early adopter" saja yang sanggup beli VR headset yang baru bisa menikmati metaverse ini.

Untuk game yang bersifat metaverse ini, baru dimiliki Oculus dengan nama Horizon World, game-nya mirip seperti The Sims online, tapi VR.

Sama seperti teknologi yang lain, VR ini akan maju dan populer dikemudian hari, tapi bukan sekarang. Saya rasa dengan keterbatasan teknologi saat ini, VR tidak akan dulu populer hingga 5 hingga 10 tahun kedepan, bahkan untuk di Indonesia, bisa hingga 15 tahun kedepan agar bisa mainstream di masyarakat.

Sama seperti mobil listrik yang baru keluar di awal tahun 2000-an, atau sama seperti internet yang keluar di akhir tahun 90-an, VR ini masih baru masuk tahap “populer” tapi belum mainstream. Butuh waktu untuk infrastruktur yang mendukung VR ini maju.

VR ini teknologi yang masih mahal, PC untuk menjalankan VR secara “optimal” sangat mahal, bahkan untuk beli VR headset paling murah seharga 5 jutaan pun masyarakat pasti mikir-mikir dulu.

Saya kembali ulangi sekali lagi, agar lebih bisa diterima masyarakat, VR yang ideal itu harus bisa mengkombinasikan antara HP yang disulap jadi VR headset ditambah koneksi ke gaming streaming service, sehingga bisa memangkas cost untuk tidak membeli hardware PC yang mahal dan hardware VR headset yang ribet.

Teknologi hardware VR terus disempurnakan, walaupun berjalan pelan, tapi perkembangannya pasti. Saya rasa kedepannya, teknologi HP yang disulap menjadi VR akan lebih mumpuni baik secara hardware dan software.


Invest in VR company
Apakah sekarang kita perlu invest di perusahaan startup yang berbau VR? Menurut saya pribadi, untuk sekarang tidak dulu. Kenapa? karena teknologinya masih jauh dari kata sempurna, banyak kemungkinan perusahaannya akan failure di kemudian hari karena minim konsumen-nya.

Niche pengguna VR sangat kecil sekali, data dari Steam per desember 2021 menunjukan kurang lebih hanya 2% pengguna Steam yang bermain game dengan VR. Dari 2% ini, yang menggunakan Oculus Quest adalah yang terbanyak seperti pada chart berikut:



Saran dari saya tunggu 5-10 tahun lagi untuk invest di perusahaan terbaik yang berbasis VR, baik perusahaan hardware VR ataupun software VR. Jangan sampai dana investasi kita “lapur” oleh perusahaan yang berpotensi rapot merah.


Microsoft, the king of gaming content
Saya rasa langkah Microsoft ketika akhir bulan ini membeli Activision-Blizzard, bahkan beberapa tahun lalu membeli Mojang dan Bethesda, adalah langkah awal mereka untuk mengembangkan gaming streaming service di kemudian hari. Hingga nantinya, nge-game dan nge-VR tidak perlu pagi pake hardware powerful, cukup koneksi internet super cepat saja, urusan hardware-nya, biar mereka yang handle.


What’s next?
Saya selalu optimis dengan VR ini, saya yakin prospeknya akan sangat bagus sekali di kemudian hari, tapi sayangnya, bukan hari ini, bukan bulan ini, ataupun bukan tahun ini. Butuh waktu untuk infrastruktur yang menunjang VR ini maju, mulai dari broadband internet yang harus lebih cepat dari sekarang, sinyal 5G yang merata dan stabil, serta penyempurnaan sebuah HP agar bisa digunakan menjadi VR headset. Nah, kalau semua itu tercapai, maka VR ini akan bisa diterima dan digunakan luas oleh masyarakat di seluruh dunia. Let's just wait and see.


Dua vaksin DT dan Td sering membuat bingung banyak orang, bukan hanya pasien, tapi tenaga kesehatan pun kadang masih ada yang bingung dengan kedua vaksin ini. Banyak sekali sinonim dari kedua vaksin ini, ada DPT, DTP, DPTa, DPaT, Td, ataupun Tdap.

Lalu apa perbedaan kedua vaksin ini? Kenapa sinonimnya banyak banget? 


Serupa tapi tak sama
Vaksin DT dan Td merupakan vaksin yang sama-sama digunakan untuk mencegah penyakit difteri dan tetanus. Kedua vaksin ini berisi tetanus toxoid dan difteri toxoid. Toxoid adalah racun bakteri yang sudah dilemahkan untuk bisa diperkenalkan ke imun tubuh agar terbentuk antibodi. 

Walaupun sama-sama berisi toxoid dari bakteri tetanus dan bakteri difteri, vaksin DT dan Td memiliki perbedaan pada kandungan vaksin dan target umur pemberiannya.


Target penggunaan
Untuk aplikasi penggunaannya, menurut situs resmi CDC dan WHO, vaksin DT diberikan untuk anak usia 7 tahun kebawah, sedangkan vaksin Td diberikan untuk dewasa dan anak usia 7 tahun keatas.

Dosis pemberian Vaksin DT dan Td memiliki jumlah dosis pemberian yang sama yaitu 0,5 ml untuk sekali pemberian. 
 

Kandungan vaksin
Nah, inilah yang membedakan antara vaksin DT dan Td, yaitu kandungan vaksinnya. Vaksin DT memiliki kandungan difteri toxoid yang lebih tinggi dibandingkan vaksin Td. Sedangkan kandungan vaksin tetanus toxoid pada keduanya relatif sama.
 
Menurut panduan vaksin dari WHO, kandungan isi toxoid dari suatu vaksin dihitung berdasarkan Limits of Flocculation (Lf).
 
Kandungan difteri toxoid dalam vaksin DT memiliki dosis yang lebih tinggi dibandingkan vaksin Td, bervariasi antara 20 - 25 Lf, tergantung merek dan jenis vaksinnya.
 
Sedangkan, vaksin Td memiliki kandungan difteri toxoid dengan dosis lebih rendah, bervariasi antara 2 - 5 Lf, tergantung merek dan jenis vaksinnya. Kurang lebih ⅕-nya dari vaksin DT.
 
Untuk dosis tetanus toxoid didalam vaksin Dt dan Td relatif sama. Bervariasi antara 5 - 10 Lf, tergantung merek dan jenis vaksinnya. 
 
 
Vaksin DT
Vaksin DT (D besar, T besar) atau singkatan dari “difteri-tetanus”.
 
Dosis
0,5 ml sekali suntik
 
Kandungan vaksin
  • Tetanus toxoid = 5 lf - 10lf
  • Difteri toxoid = 20 lf - 25 lf
Usia pemberian
  • Dosis 1 = usia 2 bulan
  • Dosis 2 = usia 4 bulan
  • Dosis 3 = usia 6 bulan
  • Booster 1 = 18 bulan
  • Booster 2 = 5-7 tahun atau pada anak kelas 1 SD saat program BIAS Puskesmas
Contoh merk
  • TD (generic) dari Sanofi
  • Daptacel® dari Sanofi
  • Pentacel® dari Sanofi
  • Infanrix® dari GlaxoSmithKline
  • Kinrix® dari GlaxoSmithKline
  • Pediarix® dari GlaxoSmithKline 

Kombinasi vaksin DT
Vaksin DT di Indonesia jarang berdiri sendiri dan sering dikombinasikan dengan vaksin pertusis.
Vaksin pertusis pun ada yang berisi whole-cell ataupun accellular.
 
Whole-cell lebih mudah diproduksi dan murah harganya, sering terdapat di puskesmas-puskesmas atau pun di rumah sakit pemerintah.
 
Sedangkan, untuk vaksin acellular, sering terdapat pada vaksin-vaksin bermerek yang cukup mahal. Keuntungannya adalah anak tidak mengalami demam jika diberikan vaksin acellular.
 
Vaksin DT yang dikombinasikan dengan vaksin “whole-cell pertusis” disebut vaksin DTP. Sinonim lain dari vaksin DTP adalah DPT atau DTwP. 
 
Sedangkan, untuk vaksin DT yang dikombinasikan dengan vaksin “acellular pertusis” disebut DPTa atau DTaP.


Vaksin Td
Vaksin Td (T besar, d kecil), atau singkatan dari “tetanus-difteri”. 
 
Dosis
0,5 ml sekali suntik
 
Kandungan vaksin
  • Tetanus toxoid = 5 lf - 10lf
  • Difteri toxoid = 2 lf - 5 lf
Usia Pemberian
  • Anak diatas 7 tahun
  • Dewasa
Waktu Pemberian
Menurut CDC, diberikan setiap 10 tahun sekali
 
Contoh merk
  • Td (generic) dari MassBiologics
  • Tenivac® dari Sanofi
  • Boostrix® dari GlaxoSmithKline
  • Adacel ® dari Sanofi 
 
Kombinasi vaksin Td
Vaksin Td di Indonesia bisa ditemui dalam kandungan 2 jenis vaksin; bisa berisi Td saja, atau bisa ditambah “acellular pertusis”, misalnya pada vaksin Tdap. 
 
Target penggunaan
Menurut situs resmi CDC dan WHO,
  • Vaksin DTaP/DPTa diberikan untuk anak usia 7 tahun kebawah.
  • Sedangkan vaksin Tdap diberikan untuk dewasa dan anak usia 7 tahun keatas. 
 
Kata Kunci
perbedaan vaksin DPT, DPTa, DPaT, DTP, DTPa. DTaP.
perbedaan vaksin tetanus, difteri, pertusis

Sebagai orangtua yang memiliki anak, saya pribadi merasa miris melihat keadaan anak-anak zaman sekarang menggunakan gadget. Banyak potensi positif dari gadget itu terabaikan. Malah, kebanyakan, potensi dari gadget itu berubah menjadi hal-hal negatif.

Oleh karena itulah, saya membuat tulisan ini untuk mengedukasi para orangtua untuk menggali potensi positif dari gadget sebagai alat pendidikan yang paling ampuh dan mudah di lingkungan keluarga. Selamat membaca.

Dulu dan sekarang

Zaman semakin maju, teknologi pun semakin canggih. Kita tidak bisa menyamakan zaman kita kecil dulu dengan zaman anak-anak kita sekarang.

Anak-anak zaman sekarang sangat pintar dalam mengoperasikan gadget; baik itu smartphone, tablet, laptop, komputer, dsb. Mereka hanya cukup melihat dan diajarkan sedikit, langsung bisa.

Di era modern ini pun, informasi sangat cepat terbang kesana kemari dan bisa diakses secara global dari belahan bumi manapun menggunakan internet. Kita bisa melihat berita hingga gosip secara real time. Silaturahmi pun dipermudah dengan adanya media sosial dan messaging apps. Kita bisa berkumpul bersama teman-teman lama di dalam grup dunia maya.

Acara-acara tontonan di internet pun semakin banyak dan lebih menarik dibandingkan tontonan di TV. Mulai dari Youtube dan Vimeo yang menyajikan tontonan gratis tanpa bayar. Lalu ada Netflix, Iflix, HOOQ, dsb. yang menyajikan tontonan film-film bioskop dengan bayaran perbulan; serupa seperti TV kabel, namun lebih baik.

Semua kemudahan internet tersebut bisa kita akses dari gadget yang kita miliki dirumah. Ditambah lagi tarif akses internet yang semakin murah dan mudah didapat hingga ke pelosok-pelosok; baik menggunakan kabel fiber optics maupun menggunakan sinyal radio selular.


Memahami cara gadget bekerja

Smartphone, smart tv, smart refrigerator, dsb. adalah beberapa contoh teknologi zaman "kekinian" yang mulai serba smart. Ketika semua alat teknologi semakin smart, kita sebagai orangtua juga dituntut untuk lebih smart. Kita harus lebih bisa mengoperasikan gadget dibandingkan anak-anak kita.

Operating system untuk komputer, seperti Windows dan Macintosh; maupun operating system untuk smartphones dan tablets, seperti Android dan iOS; memiliki mode "parenting" untuk membatasi anak-anak kita dalam menggunakan gadget. Selain itu juga, terdapat aplikasi-aplikasi yang bisa kita install, baik di komputer ataupun smartphone, yang bisa kita gunakan untuk memblokir anak-anak dari menggunakan internet dan game secara berlebihan.


Positif dan negatif

Bagai pisau bermata dua. Gadget bisa jadi penunjang atau malah bisa jadi petaka dalam pendidikan dan tumbuh kembang anak-anak. Walaupun gadget memiliki banyak kelebihan, akan tetapi jika tidak dikelola dengan baik, gadget pun memiliki banyak kelemahan yang tentunya sudah kita bisa rasakan dan ketahui.

Pada anak bayi dan balita, kehadiran gadget dirumah  bisa meringankan beban orangtua dalam mengalihkan pikiran anak agar si anak diam; tapi, disisi yang lain gadget juga bisa merusak pikiran, konsentrasi, dan perilaku si anak. Jika tidak dapat gadget, maka si kecil akan menangis dan mengamuk.

Begitupun pada anak usia sekolah. Kehadiran gadget bisa menjadi alat pendidikan terbaik karena bisa mengakses berbagai informasi pendidikan dengan mudah; tapi, disisi lain, kehadiran gadget juga bisa membuat si kecil adiksi terhadap gadget. Tipe pendidikan yang seperti ini disebut dengan drone parenting. Untuk lebih lanjut mengenai hal ini, bisa dilihat pada artikel di Sahabat Keluarga Kemdikbud: Drone Parenting, Pola Asuh Orangtua Milenial

Lalu, penggunaan media sosial tanpa kontrol diri yang baik bisa dijadikan ajang narsis berlebihan hingga menjadi ajang saling menyombongkan diri. Bahkan kolom-kolom komentar di media sosial pun kebanyakan diisi oleh ujaran-ujaran kebencian.

Isi video di Youtube pun, jika kita tidak pilih-pilih, banyak yang tidak sesuai dengan norma-norma masyarakat yang berlaku di Indonesia. LGBT, Alkohol, hingga sex bebas merupakan hal yang wajar bagi kebanyakan masyarakat Amerika dan Eropa.


Solusi bagi orangtua kekinian

Kita tidak mungkin bisa menjauhkan si kecil dari gadget dan internet. Walaupun kita berhasil melarang di rumah, anak-anak pasti akan terpapar dari teknologi di luar sana. Bukan tidak boleh anak-anak memegang gadget, akan tetapi perlu cara khusus agar gadget ini tidak menjadi petaka di rumah.

Jika anak kita sudah memasuki usia sekolah, jangan dulu berikan gadget hingga psikologisnya matang. Sebaiknya gadget baru diberikan pada usia remaja; itupun masih perlu diawasi dan dimoderasi agar tidak mejadi adiksi dan terjerumus hal-hal negatif.

Batasi dan moderasi anak-anak kita dalam menggunakan gadget. Batasi waktu menggunakan gadget. Moderasi aplikasi-aplikasi apa saja yang boleh dimainkan si kecil. Jika ingin meng-install game, install-lah game-game yang mendidik dan sesuai dengan umurnya.

Ajarkan pada anak-anak kita untuk bisa membedakan mana yang boleh dan tidak boleh dilihat di dunia maya. Beritahu padanya bahwa pornografi, LGBT, alkohol, dan sex bebas merupakan perbuatan tercela.

Tidak semua orangtua sama. Banyak orangtua yang tidak tahu dan tidak paham tentang gadget malah memberikan gadget pada anak-anaknya di usia sekolah. Hal ini bisa berdampak pada anak kita yang membandingkan dirinya dengan temannya yang sudah mendapatkan gadget lebih dulu. Inilah pentingnya kesabaran kita sebagai orangtua untuk menjelaskan alasan mengapa gadget belum boleh dipegang oleh si kecil.

Ajarkan pendidikan moral dan etika pada anak-anak kita agar bisa menghargai orang lain baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Ajarkan agar si kecil santun dalam berucap dan berkomentar di dunia maya. Jika anak-anak kita sudah mulai dewasa dan bisa menggunakan media sosial, ajarkanlah mereka untuk meng-share hal-hal positif dan bukan hal-hal pribadi; apalagi hal-hal yang mengandung kebencian terhadap suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA).


Salah kita juga

Monkey see, monkey do. Itulah pepatah orang Amerika Serikat untuk menunjukan orang yang meniru segala hal tanpa dipikir terlebih dahulu. Pepatah ini bisa kita aplikasikan pada anak-anak karena akal dan pikiran mereka belum matang. Mereka meniru apa yang mereka lihat tanpa mengetahui baik dan buruknya. Oleh karena itu, penting sekali kita, sebagai orangtua, untuk memberikan contoh yang baik di dalam lingkungan keluarga.

Baik sadar atau tidak, kitalah sendiri yang mendidik anak-anak kita untuk menjadi adiksi terhadap gadget. Berapa kali kita mengabaikan si kecil demi melihat posting-an media sosial di gadget kita? Berapa kali kita mengabaikan si kecil demi menonton video menarik di Youtube?

Adiksi gadget yang terjadi pada kita, kita sendirilah yang harus mengobatinya. Jangan sampai ketergantungan kita pada gadget dicontoh oleh si kecil. Mulailah untuk meng-uninstall semua media sosial kita di smartphone kita. Kita tidak akan pernah rugi tanpa mesti posting, ataupun melihat posting-an orang lain.


Disconnect sehari


Ketika weekend tiba, cobalah untuk disconnect dari gadget walau hanya satu hari saja. Matikan gadget kita semua. Matikan gadget anak-anak. Cobalah kita berinteraksi dengan si kecil. Ajaklah dia main keluar. Ajarkan hal-hal baru padanya.

Anak kita merupakan aset dimasa depan. Ketika kita tua nanti, merekalah yang akan "mengasuh" kita semua. Jika dari sekarang saja kita cuek terhadap mereka dan sibuk dengan gadget-gadget kita, bagaimana jika kita tua nanti?


Kesimpulan
Terakhir sebagai penutup, setelah panjang lebar saya jelaskan mengenai antara hubungan gadget, orangtua, dan anak-anak; berikut adalah kesimpulan yang bisa saya tarik:
  • Kita, sebagai orangtua, harus memahami betul bagaimana cara teknologi "kekinian" bekerja; mulai dari cara mengoperasikan gadget hingga cara aplikasi di gadget bekerja.
  • Kita harus melawan adiksi kita terhadap gadget agar menjadi contoh bagi anak-anak.
  • Batasi dan moderasi anak-anak kita dalam menggunakan gadget.
  • Jangan dulu berikan gadget pada anak-anak kita hingga usia remaja.
  • Ajarkan mana hal positif dan hal negatif di dunia maya.
  • Berikan pendidikan moral dan etika di dunia nyata dan di dunia maya.
Mudah-mudahan tulisan ini bisa bermanfaat untuk para orangtua sekalian. Terimakasih.




#sahabatkeluarga

NB:
semua gambar yang ada di blog post ini merupakan gambar gratis tanpa hak cipta dari situs pixabay.com







Ketika kebanyakan dokter belomba-lomba mencari kemewahan, para dokter ini memilih untuk mengabdikan hidupnya untuk masyarakat banyak. Siapa saja mereka?


dr. Lie Agustinus Dharmawan, Ph.D, Sp.B, Sp.BTKV
Dokter keturunan tionghoa ini memiliki konsep unik dalam melayani pasien tanpa pamrih. Beliau mendirikan rumah sakit apung, yaitu sebuah perahu yang disulap menjadi rumah sakit. Perahu ini digunakan untuk menolong pasien-pasien di daerah kepulauan terpencil diseluruh Indonesia.

Rumah sakit apung ini awalnya sebuah perahu nelayan yang kemudian dimodifikasi menjadi sebuah perahu medis dengan fasilitas rumah sakit. Mulai dari klinik rawat jalan hingga kamar operasi tersedia di rumah sakit apung ini. Semua pelayanan di rumah sakit apung ini gratis tanpa dipungut biaya sedikit pun.

Rumah sakit apung ini merupakan bagian dari Dokter Share Foundation (Yayasan Dokter Peduli), yang merupakan yayasan amal milik beliau dalam bidang medis. Selain rumah sakit apung, yayasan milik beliau ini juga memiliki program dokter terbang.

Berita seputar dr. Lie Agustinus
Video seputar dr. Lie Agustinus




Prof. Dr. Aznan Lelo Ph.D, Sp.FK
Beliau ini merupakan staf pengajar farmakologi klinik di fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU). Walaupun gelarnya banyak, akan tetapi beliau ini sangatlah bersahaja. Beliau tidak mau dipanggil Prof, beliau lebih senang dipangging dengan panggilan Buya.

Beliau membuat tempat praktek tanpa papan nama di salah satu daerah di kota Medan dengan tarif seikhlasnya.

Berita seputar Prof. Aznan
Video seputar Prof. Aznan



dr. Lo Siaw Ging, M.A.R.S
Dokter yang akrab dipanggil dokter Lo ini merupakan dokter yang sudah sangat senior; berumur lebih dari 80 tahun. Walaupun begitu, beliau ini sangatlah ikhlas dan tulus dalam menolong pasien. Beliau membuka klinik di daerah Jagalan, Solo, dengan tarif seikhlasnya.

Berita seputar dr. Lo
Video seputar dr. Lo



dr. Ferihana
Dokter bercadar ini merupakan dokter yang sangat ramah dan ikhlas dalam mengobati pasien. Beliau membuka praktek 24 jam dengan tarif seikhlasnya di daerah Bantul, Yogyakarta.

Kisah inspiratif dan kisah suka duka beliau dalam melayani pasien dengan ikhlas sudah ditayangkan di berbagai televisi nasional.

Berita seputar dr. Ferihana
Video seputar dr. Ferihana



dr. Ni Luh Putu Upadisari
dokter yang dikenal dengan julukan "dokter pasar" ini merupakan dokter yang sangat rendah hati. Julukan nama tersebut muncul karena beliau ini membuka tempat praktek di lantai 5, Pasar Badung Baru, yaitu pasar terbesar di Bali. Beliau sangat rajin mengunjungi para pedagang dan pembeli di pasar tersebut untuk menanyakan seputar kesehatan para pedagang disana.

Selain praktik dengan tarif seikhlasnya, dokter yang akrab dipanggil dokter Sari ini juga sangat memperhatikan kesehatan reproduksi wanita. Beliau mendirikan Yayasan Rama Sesana sebagai wadah untuk membantu dan mendidik masyarakat sekitar Bali mengenai kesehatan reproduksi wanita.

Berita seputar dr. Ni Luh Putu
Video seputar dr. Ni Luh Putu







Serupa tapi tak sama
Penyakit influenza (flu) dan common cold memiliki banyak kemiripan. Kedua penyakit ini merupakan penyakit dengan angka kunjungan tertinggi di semua instalasi kesehatan di Indonesia.

Dalam bahasa medis, penyakit flu dikenal dengan istilah influenza. Penyakit ini diakibatkan oleh virus dari famili Orthomyxoviridae. Virus-virus penyebab flu ini beraneka ragam, dimulai dari yang memiliki gejala ringan, hingga yang memiliki gejala sangat berat seperti flu burung.

Sedangkan common cold disebabkan oleh salah satu diantara 200 lebih jenis virus. Diantara semuanya, virus yang paling sering menyebabkan common cold adalah rhinovirus, coronavirus dan RSV (respiratory syncytial virus).

Untuk mempersempit pembahasan, saya hanya akan membahas penyakit flu dengan keluhan ringan saja yang mirip dengan common cold. Saya tidak akan membahas penyakit influenza berat seperti flu burung (avian influenza) atau flu babi (swine influenza).



Gejala dan tanda
Penyakit influenza (flu) dan penyakit common cold memiliki gejala dan tanda yang sama sehingga sulit dibedakan. Bahkan tenaga medis profesional sekalipun sulit membedakan kedua penyakit ini jika hanya melihat dari gejala dan tandanya saja.

Biasanya common cold memiliki gejala yang lebih ringan dibandingkan influenza, jarang menimbulkan demam, dan biasanya akan sembuh lebih cepat. Lebih lengkapnya bisa dilihat di tabel berikut:



Penegakan Diagnosis
Penyakit common cold dan flu sering tumpang tindih dalam penulisan diagnosisnya karena kemiripannya. Pada diagnosis ICD 11, common cold masuk kedalam kode J00 sedangkan Influenza masuk kedalam kode J09-J11.

Beberapa penyakit virus dan bakteri jenis lain sering menimbulkan gejala mirip flu (flu-like syndrome) pada serangan akut-nya. Misalnya penyakit hepatitis, demam berdarah dengue (DBD), HIV, pneumonia. dsb.

Banyak tenaga kesehatan yang lebih senang mendiagnosis penyakit flu atau common cold dengan diagnosis "viral infection" saja, karena saking umumnya penyakit ini dan agar tidak miss diagnosis dengan penyakit kronis yang memiliki gejala awal mirip flu.

Diagnosis flu dan common cold cukup ditegakan dari gejala dan tandanya saja. Tidak perlu pemeriksaan laboratorium lebih lanjut. Karena untuk mengetahui etiologi penyakit ini, butuh pemeriksaan yang cukup mahal; Misalnya seperti kultur virus atau pemeriksaan molekuler seperti polymerase chain reaction (PCR), enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA), fluorescent in situ hybridization (FISH), dsb.


Terapi dan Penatalaksanaan
Penyakit flu dan common cold adalah penyakit yang self-limiting diseases, artinya penyakit ini bisa sembuh sendiri tanpa obat-obatan. Faktor kesembuhan ditentukan oleh imunitas seseorang ditambah dengan istirahat dan makan-makanan yang cukup. Obat-obatan yang ada hanya meredakan gejala, bukan menyembuhkan penyakit.

Kebanyakan merk obat flu yang dijual bebas ataupun yang dibeli dengan resep dokter mengandung kombinasi beberapa jenis obat. Bisa antara 3 hingga 5 kandungan obat. Obat flu yang memiliki banyak kandungan obat lebih baik meredakan gejala flu, tetapi meningkatkan resiko terjadinya efek samping obat dan interaksi obat.

Obat flu biasanya dikombinasikan dengan obat demam, anti alergi, dan/atau obat batuk; bisa dalam bentuk sirup ataupun dalam bentuk kaplet atau tablet.

Berikut ini adalah kandungan obat yang biasa terdapat dalam obat-obatan untuk flu:
  • Antipiretic (anti demam) : paracetamol
  • Antialergi : chlorpheniramine (CTM), loratadine
  • Antitussive (obat batuk) : dextrometrophane
  • Mucolytic (penghancur dahak) : ambroxol, bromhexine
  • Decongestant (anti hidung tersumbat) : pseudonoefedrin




Kata Kunci
Influenza atau common cold, comon cold.









Setiap luka bisa terkena tetanus, tapi, tidak setiap luka mesti ditangani dengan penatalaksanaan dan pencegahan Tetanus. Tergantung apakah luka tersebut termasuk dalam luka berisiko tinggi tetanus (tetanus-pround wound) atau tidak.

Banyak review article, journal medis, dan guidelines yang membahas mengenai luka-luka berisiko tinggi tetanus. Agar mempermudah, saya hanya akan mengambil dari 2 sumber saja; dari WHO dan dari Public Health England.


Menurut panduan WHO
Berikut adalah luka-luka yang yang beresiko tinggi tetanus, menurut buku Prevention and Management of Wound Infection yang dikeluarkan oleh WHO:
  • Luka yang tidak ditangani selama lebih dari 6 jam
  • Luka yang menusuk (vulnus punctum)
  • Terdapat tanda-tanda sepsis sistemik
  • Luka yang terkontaminasi dengan tanah, debu, kotoran hewan, atau pupuk dari kotoran hewan (manure)
  • Luka bakar (combustio)
  • Luka karena kedinginan atau radang dingin (frostbite)
  • Luka tembak (high velocity missile injuries)



Menurut panduan Public Health England
Adapun versi lainnya, yaitu menurut buku Tetanus: the green book, chapter 30 yang dikeluarkan oleh Public Health England, yang merupakan bagian dari Departement of Health, UK, pada 2013:
  • Berbagai jenis luka, termasuk luka bakar, yang membutuhkan tindakan medis dan tidak ditangani selama lebih dari 6 jam.
  • Berbagai jenis luka, termasuk luka bakar, yang menunjukan tanda-tanda kerusakan jaringan atau luka yang menembus dalam, terutama jika luka tersebut pernah kontak dengan tanah, debu, kotoran hewan, atau pupuk dari kotoran hewan (manure).
  • Luka yang didalamnya tertinggal benda asing.
  • Patah tulang terbuka (compound fracture).
  • Berbagai jenis luka, termasuk luka bakar, yang disertai dengan tanda-tanda sepsis sistemik.



Kata Kunci
Luka paku, luka bakar, luka tetanus, tertusuk paku karatan, paku berkarat.