Tampilkan postingan dengan label Materi Kuliah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Materi Kuliah. Tampilkan semua postingan

Dua vaksin DT dan Td sering membuat bingung banyak orang, bukan hanya pasien, tapi tenaga kesehatan pun kadang masih ada yang bingung dengan kedua vaksin ini. Banyak sekali sinonim dari kedua vaksin ini, ada DPT, DTP, DPTa, DPaT, Td, ataupun Tdap.

Lalu apa perbedaan kedua vaksin ini? Kenapa sinonimnya banyak banget? 


Serupa tapi tak sama
Vaksin DT dan Td merupakan vaksin yang sama-sama digunakan untuk mencegah penyakit difteri dan tetanus. Kedua vaksin ini berisi tetanus toxoid dan difteri toxoid. Toxoid adalah racun bakteri yang sudah dilemahkan untuk bisa diperkenalkan ke imun tubuh agar terbentuk antibodi. 

Walaupun sama-sama berisi toxoid dari bakteri tetanus dan bakteri difteri, vaksin DT dan Td memiliki perbedaan pada kandungan vaksin dan target umur pemberiannya.


Target penggunaan
Untuk aplikasi penggunaannya, menurut situs resmi CDC dan WHO, vaksin DT diberikan untuk anak usia 7 tahun kebawah, sedangkan vaksin Td diberikan untuk dewasa dan anak usia 7 tahun keatas.

Dosis pemberian Vaksin DT dan Td memiliki jumlah dosis pemberian yang sama yaitu 0,5 ml untuk sekali pemberian. 
 

Kandungan vaksin
Nah, inilah yang membedakan antara vaksin DT dan Td, yaitu kandungan vaksinnya. Vaksin DT memiliki kandungan difteri toxoid yang lebih tinggi dibandingkan vaksin Td. Sedangkan kandungan vaksin tetanus toxoid pada keduanya relatif sama.
 
Menurut panduan vaksin dari WHO, kandungan isi toxoid dari suatu vaksin dihitung berdasarkan Limits of Flocculation (Lf).
 
Kandungan difteri toxoid dalam vaksin DT memiliki dosis yang lebih tinggi dibandingkan vaksin Td, bervariasi antara 20 - 25 Lf, tergantung merek dan jenis vaksinnya.
 
Sedangkan, vaksin Td memiliki kandungan difteri toxoid dengan dosis lebih rendah, bervariasi antara 2 - 5 Lf, tergantung merek dan jenis vaksinnya. Kurang lebih ⅕-nya dari vaksin DT.
 
Untuk dosis tetanus toxoid didalam vaksin Dt dan Td relatif sama. Bervariasi antara 5 - 10 Lf, tergantung merek dan jenis vaksinnya. 
 
 
Vaksin DT
Vaksin DT (D besar, T besar) atau singkatan dari “difteri-tetanus”.
 
Dosis
0,5 ml sekali suntik
 
Kandungan vaksin
  • Tetanus toxoid = 5 lf - 10lf
  • Difteri toxoid = 20 lf - 25 lf
Usia pemberian
  • Dosis 1 = usia 2 bulan
  • Dosis 2 = usia 4 bulan
  • Dosis 3 = usia 6 bulan
  • Booster 1 = 18 bulan
  • Booster 2 = 5-7 tahun atau pada anak kelas 1 SD saat program BIAS Puskesmas
Contoh merk
  • TD (generic) dari Sanofi
  • Daptacel® dari Sanofi
  • Pentacel® dari Sanofi
  • Infanrix® dari GlaxoSmithKline
  • Kinrix® dari GlaxoSmithKline
  • Pediarix® dari GlaxoSmithKline 

Kombinasi vaksin DT
Vaksin DT di Indonesia jarang berdiri sendiri dan sering dikombinasikan dengan vaksin pertusis.
Vaksin pertusis pun ada yang berisi whole-cell ataupun accellular.
 
Whole-cell lebih mudah diproduksi dan murah harganya, sering terdapat di puskesmas-puskesmas atau pun di rumah sakit pemerintah.
 
Sedangkan, untuk vaksin acellular, sering terdapat pada vaksin-vaksin bermerek yang cukup mahal. Keuntungannya adalah anak tidak mengalami demam jika diberikan vaksin acellular.
 
Vaksin DT yang dikombinasikan dengan vaksin “whole-cell pertusis” disebut vaksin DTP. Sinonim lain dari vaksin DTP adalah DPT atau DTwP. 
 
Sedangkan, untuk vaksin DT yang dikombinasikan dengan vaksin “acellular pertusis” disebut DPTa atau DTaP.


Vaksin Td
Vaksin Td (T besar, d kecil), atau singkatan dari “tetanus-difteri”. 
 
Dosis
0,5 ml sekali suntik
 
Kandungan vaksin
  • Tetanus toxoid = 5 lf - 10lf
  • Difteri toxoid = 2 lf - 5 lf
Usia Pemberian
  • Anak diatas 7 tahun
  • Dewasa
Waktu Pemberian
Menurut CDC, diberikan setiap 10 tahun sekali
 
Contoh merk
  • Td (generic) dari MassBiologics
  • Tenivac® dari Sanofi
  • Boostrix® dari GlaxoSmithKline
  • Adacel ® dari Sanofi 
 
Kombinasi vaksin Td
Vaksin Td di Indonesia bisa ditemui dalam kandungan 2 jenis vaksin; bisa berisi Td saja, atau bisa ditambah “acellular pertusis”, misalnya pada vaksin Tdap. 
 
Target penggunaan
Menurut situs resmi CDC dan WHO,
  • Vaksin DTaP/DPTa diberikan untuk anak usia 7 tahun kebawah.
  • Sedangkan vaksin Tdap diberikan untuk dewasa dan anak usia 7 tahun keatas. 
 
Kata Kunci
perbedaan vaksin DPT, DPTa, DPaT, DTP, DTPa. DTaP.
perbedaan vaksin tetanus, difteri, pertusis

Setiap luka bisa terkena tetanus, tapi, tidak setiap luka mesti ditangani dengan penatalaksanaan dan pencegahan Tetanus. Tergantung apakah luka tersebut termasuk dalam luka berisiko tinggi tetanus (tetanus-pround wound) atau tidak.

Banyak review article, journal medis, dan guidelines yang membahas mengenai luka-luka berisiko tinggi tetanus. Agar mempermudah, saya hanya akan mengambil dari 2 sumber saja; dari WHO dan dari Public Health England.


Menurut panduan WHO
Berikut adalah luka-luka yang yang beresiko tinggi tetanus, menurut buku Prevention and Management of Wound Infection yang dikeluarkan oleh WHO:
  • Luka yang tidak ditangani selama lebih dari 6 jam
  • Luka yang menusuk (vulnus punctum)
  • Terdapat tanda-tanda sepsis sistemik
  • Luka yang terkontaminasi dengan tanah, debu, kotoran hewan, atau pupuk dari kotoran hewan (manure)
  • Luka bakar (combustio)
  • Luka karena kedinginan atau radang dingin (frostbite)
  • Luka tembak (high velocity missile injuries)



Menurut panduan Public Health England
Adapun versi lainnya, yaitu menurut buku Tetanus: the green book, chapter 30 yang dikeluarkan oleh Public Health England, yang merupakan bagian dari Departement of Health, UK, pada 2013:
  • Berbagai jenis luka, termasuk luka bakar, yang membutuhkan tindakan medis dan tidak ditangani selama lebih dari 6 jam.
  • Berbagai jenis luka, termasuk luka bakar, yang menunjukan tanda-tanda kerusakan jaringan atau luka yang menembus dalam, terutama jika luka tersebut pernah kontak dengan tanah, debu, kotoran hewan, atau pupuk dari kotoran hewan (manure).
  • Luka yang didalamnya tertinggal benda asing.
  • Patah tulang terbuka (compound fracture).
  • Berbagai jenis luka, termasuk luka bakar, yang disertai dengan tanda-tanda sepsis sistemik.



Kata Kunci
Luka paku, luka bakar, luka tetanus, tertusuk paku karatan, paku berkarat.



Penyakit yang terjadi di daerah abdomen boleh dibilang cukup sulit untuk didiagnosis karena di dalam abdomen terdapat banyak organ; mulai dari otot, usus, hati, empedu, dsb. Dengan berkembangnya teknologi, pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis penyakit di sekitar abdomen pun semakin mudah; X-ray, CT scan, MRI, endoscopy, colonoscopy, diagnostic laparoscopy, dsb.

Walaupun alat-alat untuk pemeriksaan penunjang sudah semakin canggih, akan tetapi, pemeriksaan-pemeriksaan tersebut membutuhkan biaya yang cukup tinggi. Oleh karena itulah, pemeriksaan fisik sederhana masih sangat digunakan untuk menegakan diagnosis.



Untuk mempermudah pemeriksaan fisik dalam mendiagnosis penyakit, wilayah abdomen dibagi menjadi 9 regio dan 4 kuadran.


Regio Abdomen


Kuadran Abdomen



Pada kesempatan ini, saya akan membahas seputar manuver khusus pemeriksaan fisik pada apendisitis akut (acute appendicitis). Tiga dari manuver berikutMc Burney's sign, Rovsing's sign, dan Blumberg's signmerupakan komponen pemeriksaan dari skor Alvarado. Pembahasan skor Alvarado sudah pernah saya bahas pada kesempatan sebelumnya di sini: Skor Avarado.



Berikut adalah manuver-manuver khusus yang dapat dilakukan untuk menegakan diagnosis apendisitis:


Mc Burney’s sign
Melakukan penekanan terhadap titik McBurney (McBurney's point) yang terdapat di 2/3 antara umbilikus dan anteriot superior iliac spine (ASIS).

(+) : terdapat nyeri tekan pada McBurney's point.
() : tidak ada nyeri tekan.

Video tutorialHow to find McBurney's Point



Rovsing's sign
Melakukan penekanan di beberapa titik dari mulai regio iliaca kiri hingga regio iliaca kanan dengan arah berlawanan jarum jam.

(+) : terdapat nyeri tekan pada sepanjang titik penekanan yang bisa menjalar hingga daerah kuadran kanan bawah (kuadran disekitar apendiks).
() : tidak ada nyeri tekan.

Video tutorial: Rovsing's Sign



Blumberg's sign
Blumberg's sign biasa disebut juga dengan nyeri rebound atau nyeri lepas.

Melakukan penekanan perlahan, lalu melepaskan penekanan tersebut secara tiba-tiba. Penekanan dilakukan secara tegak lurus di empat kuadran abdomen.

(+) : terdapat nyeri lepas pada sepanjang titik penekanan yang bisa menjalar hingga daerah kuadran kanan bawah (kuadran disekitar apendiks); menandakan adanya apendisitis atau peritonitis.
() : tidak ada nyeri lepas.

Video tutorial: Rebound Tenderness



Psoas sign
Melakukan penarikan otot psoas dengan cara melakukan ekstensi pada paha. Pemeriksaan ini disebut juga Cope's psoas test atau Obraztsova's sign.

Pertama, posisikan pasien untuk miring ke kiri (left lateral decubitus); Kedua, tahan bokong pasien dengan tangan kiri; Ketiga, tarik kaki pasien ke arah pemeriksa dengan menggunakan tangan kanan.

(+) : timbul nyeri pada kuadran kanan bawah abdomen saat melakukan manuver.
() : tidak ada nyeri saat melakukan manuver.

Video tutorial: Psoas Sign



Obturator sign

Melakukan penarikan otot obturator internus dengan cara melakukan rotasi internal pada caput tulang femur.

Pertama, kaki pasien diangkat dan lutunya di flexikan 90 derajat tegak lurus; Kedua, tarik kaki pasien ke arah pemeriksa untuk memberikan efek rotasi internal pada femur.

(+) : timbul nyeri pada kuadran kanan bawah abdomen saat melakukan manuver.
() : tidak ada nyeri saat melakukan manuver.

Video tutorial: Obturator Sign



Dunphy's sign
Menyuruh pasien untuk batuk.

(+) : akan muncul nyeri di wilayah abdomen saat pasien batuk.
() : tidak ada nyeri di wilayah abdomen saat pasien batuk.

Video tutorial: not available



Aaron's sign
Pemeriksaan ini bisa dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan McBurney's sign.

Melakukan penekanan pada titik McBurney (McBurney's point) yang terdapat di 2/3 antara umbilikus dan anteriot superior iliac spine (ASIS).

(+) : akan muncul nyeri di daerah epigastrium saat titik McBurney ditekan.
() : tidak ada nyeri di daerah epigastrium saat titik McBurney ditekan.

Video tutorial: not available



Aure-Rozanova's sign
Melakukan palpasi ringan dengan menggunakan jari pada segitiga petit (petit triangle)

(+) : terasa nyeri pada wilayah yang di palpasi
() : tidak terasa nyeri

Video tutorial: not available



Manuver lainnya
Selain manuver-manuver yang sudah disebutkan diatas, terdapat juga manuver lainnya yang bisa dilakukan dalam pemeriksaan apendisitis:




Sumber

Kata Kunci
tanda McBurney, tanda Rovsing, tanda Dunphy, tanda PSOAS, tanda obturator, nyeri rebond, nyeri ribon, nyeri tekan, kuadran kanan bawah, usus buntu, operasi usus buntu, pemeriksaan usus buntu, pemeriksaan fisik apendisitis.




Leukosit adalah sel yang berperan dalam sistem imun manusia. Sel ini sering digunakan untuk pemeriksaan keadaan imunitas pasien dan menjadi tolak ukur untuk pemberian antibiotik.

Teman-teman tentunya sering mendengar istilah pergeseran leukosit, bukan? Shift to the left atau Shift to the right. Pada kesempatan ini saya akan membahas mengenai pergeseran leukosit tersebut. Sebelum membahas lebih lanjut, mari kita bahas satu persatu dari mulai pembentukan leukosit dan pemeriksaanya. Semoga bermanfaat.


Komponen darah
Secara garis besar, darah terdiri dari 2 komponen utama yaitu plasma darah dan sel darah. Sel darah terdiri dari 3 jenis sel utama yaitu eritrosit (erithrocytes), atau dalam bahasa Indonesia disebut sel darah merah; leukosit (leukocytes), atau dalam bahasa Indonesia disebut sel darah putih; dan trombosit (platelets), atau dalam bahasa Indonesia disebut keping darah.


Asal mula leukosit
Semua sel darah terlahir dari hematopoietic stem cell di sum-sum tulang (bone marrow). Sel hematopoietic tersebut kemudian membelah diri dan mengalami proses pematangan hingga akhirnya menjadi sel-sel darah.

Gambar milik A. Rad


Jenis-jenis leukosit
Leukosit adalah sel yang merupakan bagian dari sistem imun manusia. Leukosit secara garis besar terdiri dari 5 jenis sel. Berikut adalah sel-sel leukosit berdasarkan persentasenya di darah:
  • Neutrofil (Neutrophils) 72%
  • Limfosit (Lymphocytes) 30%
  • Monosit (Monocytes) 5.3%
  • Eosinofil (Eosinophils) 2,3%
  • Basofil (Basophils) 0,4%
Kelima sel-sel tersebut memiliki berbagai macam bentuk berdasarkan tingkat kematangan dan fungsinya, sehingga jika dijabarkan satu persatu, jenis-jenis sel leukosit akan menjadi banyak. Selanjutnya, untuk mempermudah pembaca, saya hanya akan berfokus pada kelima sel tersebut saja.

Neutrofil, eusinofil, dan basofil disebut juga sebagai granulosit (granulocytes) karena memiliki granul didalam sitoplasma selnya sehingga jika dilihat dibawah mikroskop, selnya tampak berbintik. Selain itu, ketiga sel tersebut juga disebut sebagai sel polymorphonuclear (PMN) karena memiliki bentuk inti sel (nucleus) yang beragam.

Limfosit dan monosit disebut sebagai agranulosit (agranulocytes) karena tidak memiliki granul. Kedua sel ini juga disebut dengan mononuclear (MN) karena bentuk inti selnya tidak beragam.

Untuk fungsi dan karakteristiknya sel leukosit, bisa dilihat pada tabel berikut:


Pemeriksaan hitung jenis leukosit
Untuk mengetahui jumlah sel leukosit, butuh dilakukan penghitungan terhadap sel-sel tersebut. Penghitungan leukosit ini dilakukan dengan pemeriksaan hitung jenis menggunakan kamar hitung atau mesin hitung otomatis (automated hematology analyzer).

Pemeriksaan hitung jenis ini sering disebut juga differential blood count, diff. count, atau complete blood cell count (CBC). Berdasarkan situs Medscape, tujuan dilakukannya pemeriksaan hitung jenis ini adalah:
The differential count is used to assess the body’s response to certain benign conditions such as acute and chronic infections, inflammatory conditions, allergic reactions, and immunodeficiency states and various hematologic malignancies such as leukemias and lymphomas. It is also used to monitor the response to chemotherapy, growth factors, and immunosuppressive therapies.

Apa itu pergeseran leukosit?
Pergeseran leukosit (leukocytes shift) menunjukan adanya sel leukosit yang dominan di dalam darah berdasarkan tingkat kematangannya. Apakah itu sel leukosit yang sudah matang (mature) atau yang masih muda (immature). Pergeseran leukosit ini bisa diketahui melalui pemeriksaan hitung jenis.

Istilah shift (pergeseran) ini lebih digunakan untuk melihat sel granulosit saja, lebih spesifiknya neutrofil, karena jumlahnya yang paling banyak dibandingkan leukosit lain. Pergeseran yang terjadi bisa bergeser ke kiri (shift to the left) maupun bergeser ke kanan (shift to the right).

Untuk lebih memahami istilah "shift" ini, kita harus memahami proses pematangan neutrofil. Urutannya bisa dilihat pada gambar hematopoesis diatas atau pada gambar dibawah ini, pertama mulai dari myeloblast, promyelocytes, myelocytes, metamyelocytes, band neutrophil (neutrofil batang), hingga menjadi segmented neutrophil (neutrofil segmen).


Kiri atau kanan
Lalu mengapa bergeser ke kiri atau ke kanan? mengapa tidak bergeser ke atas atau ke bawah? Istilah pergeseran ini timbul pada zaman dulu dimana pemeriksaan hitung jenis masih dilakukan menggunakan mesin hitung jenis manual. Biasanya sel yang sudah mature akan disimpan di kanan dan sel yang immature akan di simpan di kiri. Sehingga jika sel immature meningkat jumlahnya, maka disebut bergeser ke kiri dan jika sel mature lebih meningkat jumlahnya, maka disebut bergeser ke kanan.

Contoh mesin hitung jenis manual

Ada juga yang berpendapat lain mengenai istilah pergeseran ini. Pada buku-buku patologi zaman dulu, proses hematopoietic stem cell menjadi sebuah sel leukosit matang dibuat dari kiri ke kanan. Sehingga apabila sel immature meningkat, maka disebut bergeser ke kiri dan apabila sel mature lebih meningkat, maka disebut bergeser ke kanan.


Shift to the left
Shift to the left, atau sering disebut juga left shift, adalah istilah yang digunakan untuk menunjukan peningkatan bentuk immature dari sel neutrofil. Shift to the left menandakan adanya fase akut dari suatu proses imunologi, baik itu infeksi akut, inflamasi akut, ataupun proses nekrosis akut.

Mengapa pada fase akut neutrofil immature meningkat di darah? Untuk mudahnya, saya akan beri ilustrasi. Jika Singapura diserang oleh Indonesia, karena memiliki jumlah tentara yang hanya sedikit dan untuk meningkatkan daya tahan Singapura, maka para prajurit yang masih sekolah diikutsertakan untuk berperang.

Begitupun dengan neutrofil yang bekerja ketika ada serangan infeksi akut. Neutrofil yang masih muda akan diikutsertakan "berperang" untuk memberi pertahanan ekstra. Oleh karena itulah, jumlah neutrofil immature akan meningkat di darah.


Shift to the right
Shift to the right, atau sering disebut juga right shift, menunjukan peningkatan jumlah sel mature neutrofil dibandingkan dengan jumlah sel immature-nya. Mengapa demikian? Shift to the right terjadi akibat kerusakan "pabrik" pembuat sel darah di sum-sum tulang. Hal ini menyebabkan jumlah sel yang immature mengalami penurunan produksi atau tidak diproduksi sama sekali.

Yang sering salah kaprah adalah mengenai maksud dari shift to the right ini. Walaupun shift to the left menunjukan tanda infeksi akut, akan tetapi shift to the right bukan kebalikannya menunjukan infeksi kronis. Shift to the right merupakan tanda spesifik dari penyakit anemia pernisiosa (pernicious anemia) dan keracunan radiasi (radiation sickness).

Pada pemeriksaan hitung jenis, jumlah sel neutrofil mature ini menjadi tampak meningkat didarah. Sebetulnya jumlah sel neutrofil mature ini tetap. Akan tetapi, karena sel immature-nya menurun atau tidak ada, mengakibatkan sel yang mature tampak lebih banyak atau lebih dominan.

Selain dari itu, akibat dari tidak adanya neutrofil immature, neutrofil mature bekerja lebih ekstra dalam sistem pertahanan tubuh. Hal ini mengakibatkan sel-sel neutrofil mature menjadi membesar menjadi neutrofil raksasa (giant neutrophil).


Kesimpulan
  • Pergeseran leukosit bisa diketahui melalui pemeriksaan hitung jenis leukosit.
  • Istilah pergeseran leukosit  timbul pada zaman dulu ketika hitung jenis masih dilakukan dengan alat hitung jenis manual. Bagian kiri diisi oleh sel muda dan bagian kanan diisi oleh sel matang.
  • Pergeseran leukosit lebih menunjukan pergesaran neutrofil karena jumlahnya yang paling banyak dibanding leukosit lain.
  • Shift to the left menunjukan jumlah sel neutrofil muda meningkat di darah. Hal ini bisa terjadi karena infeksi akut, proses inflamasi akut, atau proses nekrosis jaringan yang akut.
  • Shift to the right menunjukan jumlah sel neutrofil matang meningkat di darah. Hal ini bisa terjadi karena anemia pernisiosa atau keracunan radiasi, dan BUKAN spesifik menunjukan infeksi kronis.

Sumber



Skor Alvarado (Alvarado score) adalah sistem kriteria skoring yang dibuat untuk mendiagnosis apendisitis akut (acute appendicitis). Skor Alvarado pertama kali dibuat tahun 1986 dan masih digunakan hingga sekarang ini oleh para tenaga kesehatan di seluruh dunia karena cepat, murah, dan praktis.1

MANTRELS
Untuk mempermudah mengingat, skor Alvarado ini sering dibuat menjadi akronim MANTRELS. Akronim ini dibuat berdasarkan urutan gejala dan tanda apendisitis pada skor Alvarado.

Karena akronim ini, skor Alvarado sering disebut juga "skor MANTRELS" (MANTRELS score).


Keterangan
Migration
migrasi rasa nyeri ke regio perut kanan bawah (Rovsing's Sign).

Anorexia
nafsu makan menurun atau tidak ada sama sekali.

Nausea
mual-mual dan/atau muntah-muntah

Tenderness
nyeri tekan regio perut kanan bawah (McBurney's sign)

Rebound pain
nyeri lepas (Blumberg's sign)

Elevation of temperature
suhu aksila > 37,5oC

Leukocytosis
leukosit >10.000 sel/μl

Shift to the left*
hitung jenis leukosit didominasi oleh sel PMN (polimorfonuklear).

*Untuk pembahasan lebih lanjut mengenai shift to the left bukalah link berikut: Pergeseran Leukosit



Diagnosis appendicitis1
  • Skor Alvarado ≤ 3, kemungkinan bukan apendisitis (unlikely appendicitis).
  • Skor Alvarado 4-6, mungkin apendisitis (possible appendicitis).
  • Skor Alvarado 6-8, kemungkinan besar apendisitis (probable/likely appendicitis).
  • Skor Alvarado 9-10, pasti apendisitis (definite appendicitis).


Skor Alvarado yang dimodifikasi
Oleh karena masih banyak tempat kesehatan yang belum bisa melakukan pemeriksaan hitung jenis (diffential count) leukosit; pada tahun 1994, skor Alvarado mengalami modifikasi dengan menghilangkan shift to the left dari dalam kriteria.

Skor Alvarado yang dimodifikasi (modified alvarado score) ini masih bisa digunakan untuk mendiagnosis apendisitis. Yang membedakan dengan skor alavado biasa hanya jumlah skornya saja. Skor maksimalnya adalah 9; bukan 10.


Akurasi diagnosis4,5
  • Dalam menyingkirkan diagnosis apendisitis (skor ≤ 3), skor Alvarado memiliki sensitivitas 96%.
  • Dalam menegakan diagnosis apendisitis (skor ≥ 6), skor Alvarado memiliki sensitivitas 58-88%.

Penggunaan CT scan3
  • Untuk skor Alvarado ≤ 3, tidak perlu memerlukan CT scan untuk mendiagnosis apendisitis.
  • Untuk skor Alvarado 4-8, dianjurkan menggunakan CT scan untuk mendiagnosis apendisitis lebih lanjut.
  • Untuk skor Alvarado ≥ 9, langsung konsultasi dengan dokter bedah untuk rencana operasi.

Perbandingan USG dan CT Scan dalam mendiagnosis apendisitis2

Algoritma penatalaksanaan Apendisitis berdasarkan skor alvarado6

Menghitung skor Alvarado dengan aplikasi Android
Jikalau kita lupa dengan skor Alvarado, tidak perlu khawatir; karena sekarang sudah banyak aplikasi mengenai skor Alvarado di smartphone. Kita hanya tinggal memasukan gejala dan tanda dari Apendisitis, selanjutnya aplikasi-aplikasi tersebut akan menghitung berapa skornya.

Untuk aplikasi-aplikasi tersebut bisa dilihat di sini: Aplikasi Gratis Android Yang Wajib Dimiliki Tenaga Kesehatan



Daftar Pustaka
  1. Alvarado A. A practical score for the early diagnosis of acute appendicitis. Ann Emerg Med. 1986 May;15(5):557-64. PubMed PMID: 3963537.
  2. Douglas CD, Macpherson NE, Davidson PM, Gani JS. Randomised controlled trial of ultrasonography in diagnosis of acute appendicitis, incorporating the Alvarado score. BMJ. 2000 Oct 14;321(7266):919-22. PubMed PMID: 11030676; PubMed Central PMCID: PMC27498. Free Text at PubMed Central
  3. McKay R, Shepherd J. The use of the clinical scoring system by Alvarado in the decision to perform computed tomography for acute appendicitis in the ED. Am J Emerg Med. 2007 Jun;25(5):489-93. PubMed PMID: 17543650.
  4. Baidya N. et al. Evaluation Of Alvarado Score In Acute Appendicitis: A Prospective Study. The Internet Journal of Surgery.
  5. Crnogorac S, Lovrenski J. Validation of the Alvarado score in the diagnosis of acute appendicitis. Med Pregl 2001 Nov-Dec; 54(11-12):557-61. 
  6. Alvarado score: a guide to computed tomography utilization in appendicitis. ANZ J Surg. 2013 Oct;83(10):748-52. doi: 10.1111/ans.12076. Epub 2013 Jan 27.

Kata Kunci
Skor Alverado, Alverado score, Alvarado skor, Alvarado Score, Appendicitis, Apendiksitis, Apendisitis.




Kriteria Framingham adalah suatu kriteria untuk mendiagnosis congestive heart failure (CHF)atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan gagal jantung kongestif. Kriteria ini dibuat pada tahun 1993 oleh grup peneliti Framingham Heart Study dan masih digunakan hingga sekarang oleh seluruh tenaga kesehatan diseluruh dunia.



Diagnosis CHF ditegakan dengan kriteria Framingham jika terdapat minimal 2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor dan 2 kriteria minor.

Berikut adalah Kriteria Framingham:1


Kriteria Mayor


Kriteria Minor
  • Batuk malam hari
  • Efusi pleura
  • Takikardi (hingga >120 kali per menit)
  • Edema pada kedua pergelangan kaki (angkle edema)
  • Penurunan kapasitas vital paru sepertiga dari nilai maksimum (menggunakan spirometri)
Kriteria Minor tidak bisa digunakan jika ada penyakit penyerta lain seperti pulmonary hypertension, chronic lung disease, cirrhosis, ascites, dan/atau nephrotic syndrome.2


Kekuatan Diagnosis
Kriteria Framingham memiliki sensitivitas yang baik tetapi spesifisitas-nya kurang baik:2,3
  • Sensitivity: 96%
  • Specificity: 78%



Daftar Pustaka
  1. Framingham Classification: Ho KK, Pinsky JL, Kannel WB, Levy D. The epidemiology of heart failure: the Framingham Study. J Am Coll Cardiol. Oct 1993;22(4 Suppl A):6A-13A.
  2. McKee PA, Castelli WP, McNamara PM, Kannel WB. The natural history of congestive heart failure: the Framingham study. N Engl J Med. 1971 Dec 23;285(26):1441-6.
  3. Sainz A, Jimeno, et al.Validity of Framingham criteria as a clinical test for systolic heart failure. PubMed. Nov 2006.

Kata Kunci
Framingham Criteria, kriteria gagal jantung kongestif, decompensatio cordis, decom cordis, decomp cordis, dekom kordis


Alergi obat merupakan suatu musibah; baik untuk pasien yang meminum obat; juga tenaga kesehatan yang memberikan obat. Reaksi yang timbul karena alergi obat tidak bisa diketahui kapan datangnya dan kepada siapa menyerangnya.



Reaksi alergi obat banyak jenisnya; dimulai dari yang paling ringan hingga yang paling beratyang bisa mengancam nyawa. Pada kesempatan ini saya akan membahas mengenai alergi obat pada kulit dengan gambaran efloresensi Bullae (Bullous drug eruption). Semoga bermanfaat.




Kata Kunci
Stevens–Johnson syndrome, Sindroma, Sindrom Steven Jhonson, Sindrom Stevens-Johnson, Toxic Epidermal Necrolysis (TEN), penyakit karena alergi obat, penyakit bullae, bulla, bula.




Fimosis (Phimosis) merupakan suatu kelainan anatomis pada penis yang sering dijumpai pada anak-anak. Fimosis jika tidak diatasi bisa meningkatkan resiko terjadinya infeksi saluran kemih, hingga bisa menjadi obstruksi yang mengganggu proses buang air kecil.

Untuk mempelajarinya, berikut ini adalah slide singkat mengenai materi fimosis. Semoga slide ini dapat membantu teman-teman sejawat sekalian.




Kata Kunci
Phimosis, Fimosis, parafimosis, tatalaksana fimosis




Tuberkuloma (tuberculoma) adalah salah satu komplikasi kronik akibat dari infeksi tuberculosis (TB). Tuberkuloma sering terjadi pada organ paru-paru atau otak.

Sebelum terbentuk tuberkuloma, komplikasi yang pertama kali terjadi adalah terbentuknya cavitas (rongga) pada organ yang terinfeksi TB. Lama kelamaan cavitas tersebut akan diisi oleh sel datia langhans dan/atau oleh sel yang mengalami nekrosis caseosa sehingga terbentuk tuberculoma. Selain itu, tuberkuloma bisa juga terjadi juga karena pembesaran tuberkel di dalam cavitas.



Untuk pembahasan lebih lanjut, berikut adalah slide mengenai materi tuberkuloma pada paru-paru beserta gambaran radiologinya. Semoga membantu teman-teman sejawat sekalian.




Kata Kunci
Tuberculoma, Tuberkuloma, Tuberkuloma Paru, Lung Tuberculoma, Aspergiloma, Aspergilloma.

Gambar milik Michaelberry

Jika kita sedang berjaga, baik di IGD atau di ruangan, terkadang pasien datang seperti air bah. Kita butuh me-manage pasien dengan cepat dan segera. Terutama yang paling penting adalah menjaga sirkulasi tetap baik. Dalam keadaan hectic tersebut kita sudah tidak bisa lagi menghitung manual kebutuhan cairan dan lain sebagainya. Kita dibutuhkan menghitung cepat diluar kepala.

Oleh karena itu, saya membuat rangkuman singkat ini agar mempermudah teman-teman sejawat dalam me-manage pasien. Semoga bermanfaat.



Rumus
Untuk memahami lebih lanjut, terlebih dahulu kita harus mengetahui rumus dasar menghitung jumlah tetesan cairan dalam satuan menit dan dalam satuan jam:

Rumus dasar dalam satuan menit

Rumus dasar dalam satuan jam


Dewasa (macro drip)
Infus set macro drip memiliki banyak jenis berdasarkan faktor tetesnya. Infus set yang paling sering digunakan di instalasi kesehatan Indonesia hanya 2 jenis saja. Berdasarkan merek dan faktor tetesnya:
  • Merek Otsuka
    • faktor tetes = 15 tetes/ml
  • Merek Terumo
    • faktor tetes = 20 tetes/ml

Infus Blood set untuk tranfusi memiliki faktor tetes yang sama dengan merek otsuka, 15 tetes/menit.

Infus set macro drip dengan faktor tetes 10 tetes/menit jarang ditemui di Indonesia. Biasanya hanya terdapat di rumah sakit rujukan pusat, rumah sakit pendidikan, atau rumah sakit internasional.


Penurunan rumus dewasa
Berikut ini adalah rumus cepat hasil penurunan dari rumus dasar (dalam satuan jam), untuk pasien dewasa:

o) Merek Otsuka

o) Merek Terumo


Contoh soal 1
Seorang pasien dengan berat 65 kg datang ke klinik dan membutuhkan 2.400 ml cairan RL. Berapa tetes infus yang dibutuhkan jika kebutuhan cairan pasien mesti dicapai dalam waktu 12 jam? Di klinik tersedia infus set merek Otsuka.

Diketahui:
Cairan = 2.400 ml (cc)
Waktu = 12 jam
Faktor tetes Otsuka = 15 tetes/ml

Jawab:

Jadi, pasien tersebut membutuhkan 50 tetes infus untuk menghabiskan cairan 2400 ml dalam waktu 12 jam dengan menggunakan infus set Otsuka.


Contoh soal 2
Seorang pasien datang ke RSUD dan membutuhkan 500 ml cairan RL. Berapa tetes infus yang dibutuhkan jika kebutuhan cairan pasien mesti dicapai dalam waktu 100 menit? Di RSUD tersedia infus set merek Terumo.

Diketahui:
Cairan = 500 ml (cc)
Waktu = 100 menit
Faktor tetes Terumo = 20 tetes/ml

Jawab:

Jadi, pasien tersebut membutuhkan 100 tetes infus untuk menghabiskan cairan 500 ml dalam waktu 100 menit dengan menggunakan infus set Terumo.


Anak (micro drip)
Lain halnya dengan dewasa, anak dengan berat badan dibawah 7 kg membutuhkan infus set dengan faktor tetes yang berbeda.
  • Micro drip
    • faktor tetes = 60 tetes/ml

Penurunan rumus anak
Berikut ini adalah rumus cepat hasil penurunan dari rumus dasar (dalam satuan jam) untuk pasien anak:


Contoh soal anak
Seorang ibu datang membawa bayinya yang sakit ke IGD dengan keluhan diare lebih dari 5 kali. Anak bayi tersebut membutuhkan cairan RL sebanyak 100 ml. Berapa tetes infus yang dibutuhkan jika kebutuhan cairan pasien mesti dicapai dalam waktu 1 jam?
Jadi, pasien tersebut membutuhkan 100 tetes infus untuk menghabiskan cairan 100 ml dalam waktu 1 jam dengan menggunakan infus set micro drip.


Menghitung lebih cepat dengan aplikasi Android
Ingin menghitung tetesan infus lebih cepat dan praktis? Bisa. Dengan kemajuan teknologi, menghitung tetesan infus dapat dilakukan dengan aplikasi sederhana dari smartphone Android.

Berikut adalah link mengenai aplikasi-aplikasi gratis Android untuk tenaga kesehatan; termasuk aplikasi untuk menghitung tetesan infus: Aplikasi Gratis Android Yang Wajib Dimiliki Tenaga Kesehatan




Sumber

Kata Kunci
Tetes infus, tetesan infus, cara menghitung tetes infus, menghitung tetesan infus, rumus tetesan infus.