Sebagai orangtua yang memiliki anak, saya pribadi merasa miris melihat keadaan anak-anak zaman sekarang menggunakan
gadget. Banyak potensi positif dari
gadget itu terabaikan. Malah, kebanyakan, potensi dari
gadget itu berubah menjadi hal-hal negatif.
Oleh karena itulah, saya membuat tulisan ini untuk mengedukasi para orangtua untuk menggali potensi positif dari
gadget sebagai alat pendidikan yang paling ampuh dan mudah di lingkungan keluarga. Selamat membaca.
Dulu dan sekarang
Zaman semakin maju, teknologi pun semakin canggih. Kita tidak bisa menyamakan zaman kita kecil dulu dengan zaman anak-anak kita sekarang.
Anak-anak zaman sekarang sangat pintar dalam mengoperasikan
gadget; baik itu
smartphone,
tablet,
laptop,
komputer, dsb. Mereka hanya cukup melihat dan diajarkan sedikit, langsung bisa.
Di era modern ini pun, informasi sangat cepat terbang kesana kemari dan bisa diakses secara global dari belahan bumi manapun menggunakan internet. Kita bisa melihat berita hingga gosip secara
real time. Silaturahmi pun dipermudah dengan adanya
media sosial dan
messaging apps. Kita bisa berkumpul bersama teman-teman lama di dalam grup dunia maya.
Acara-acara tontonan di internet pun semakin banyak dan lebih menarik dibandingkan tontonan di TV. Mulai dari
Youtube dan
Vimeo yang menyajikan tontonan gratis tanpa bayar. Lalu ada
Netflix,
Iflix,
HOOQ, dsb. yang menyajikan tontonan film-film bioskop dengan bayaran perbulan; serupa seperti TV kabel, namun lebih baik.
Semua kemudahan internet tersebut bisa kita akses dari
gadget yang kita miliki dirumah. Ditambah lagi tarif akses internet yang semakin murah dan mudah didapat hingga ke pelosok-pelosok; baik menggunakan kabel
fiber optics maupun menggunakan
sinyal radio selular.
Memahami cara gadget bekerja
Smartphone,
smart tv,
smart refrigerator, dsb
. adalah beberapa contoh teknologi zaman "kekinian" yang mulai serba
smart. Ketika semua alat teknologi semakin
smart, kita sebagai orangtua juga dituntut untuk lebih
smart.
Kita harus lebih bisa mengoperasikan
gadget dibandingkan anak-anak kita.
Operating system untuk komputer, seperti
Windows dan
Macintosh; maupun
operating system untuk
smartphones dan
tablets, seperti
Android dan
iOS; memiliki mode "
parenting" untuk membatasi anak-anak kita dalam menggunakan
gadget. Selain itu juga, terdapat aplikasi-aplikasi yang bisa kita
install, baik di komputer ataupun
smartphone, yang bisa kita gunakan untuk memblokir anak-anak dari menggunakan internet dan
game secara berlebihan.
Positif dan negatif
Bagai pisau bermata dua.
Gadget bisa jadi penunjang atau malah bisa jadi petaka dalam pendidikan dan tumbuh kembang anak-anak. Walaupun
gadget memiliki banyak kelebihan, akan tetapi jika tidak dikelola dengan baik,
gadget pun memiliki banyak kelemahan yang tentunya sudah kita bisa rasakan dan ketahui.
Pada anak bayi dan balita, kehadiran
gadget dirumah bisa meringankan beban orangtua dalam mengalihkan pikiran anak agar si anak diam; tapi, disisi yang lain
gadget juga bisa merusak pikiran, konsentrasi, dan perilaku si anak. Jika tidak dapat
gadget, maka si kecil akan menangis dan mengamuk.
Begitupun pada anak usia sekolah. Kehadiran
gadget bisa menjadi alat pendidikan terbaik karena bisa mengakses berbagai informasi pendidikan dengan mudah; tapi, disisi lain, kehadiran
gadget juga bisa membuat si kecil adiksi terhadap
gadget. Tipe pendidikan yang seperti ini disebut dengan
drone parenting. Untuk lebih lanjut mengenai hal ini, bisa dilihat pada artikel di Sahabat Keluarga Kemdikbud:
Drone Parenting, Pola Asuh Orangtua Milenial
Lalu, penggunaan media sosial tanpa kontrol diri yang baik bisa dijadikan ajang narsis berlebihan hingga menjadi ajang saling menyombongkan diri. Bahkan kolom-kolom komentar di media sosial pun kebanyakan diisi oleh ujaran-ujaran kebencian.
Isi
video di Youtube pun, jika kita tidak pilih-pilih, banyak yang tidak sesuai dengan norma-norma masyarakat yang berlaku di Indonesia. LGBT, Alkohol, hingga sex bebas merupakan hal yang wajar bagi kebanyakan masyarakat Amerika dan Eropa.
Solusi bagi orangtua kekinian
Kita tidak mungkin bisa menjauhkan si kecil dari
gadget dan internet. Walaupun kita berhasil melarang di rumah, anak-anak pasti akan terpapar dari teknologi di luar sana. Bukan tidak boleh anak-anak memegang
gadget, akan tetapi perlu cara khusus agar
gadget ini tidak menjadi petaka di rumah.
Jika anak kita sudah memasuki usia sekolah, jangan dulu berikan
gadget hingga psikologisnya matang. Sebaiknya
gadget baru diberikan pada usia remaja; itupun masih perlu diawasi dan dimoderasi agar tidak mejadi adiksi dan terjerumus hal-hal negatif.
Batasi dan moderasi anak-anak kita dalam menggunakan
gadget. Batasi waktu menggunakan
gadget. Moderasi aplikasi-aplikasi apa saja yang boleh dimainkan si kecil. Jika ingin meng-
install game,
install-lah
game-game yang mendidik dan sesuai dengan umurnya.
Ajarkan pada anak-anak kita untuk bisa membedakan mana yang boleh dan tidak boleh dilihat di dunia maya. Beritahu padanya bahwa pornografi, LGBT, alkohol, dan sex bebas merupakan perbuatan tercela.
Tidak semua orangtua sama. Banyak orangtua yang tidak tahu dan tidak paham tentang
gadget malah memberikan
gadget pada anak-anaknya di usia sekolah. Hal ini bisa berdampak pada anak kita yang membandingkan dirinya dengan temannya yang sudah mendapatkan
gadget lebih dulu. Inilah pentingnya kesabaran kita sebagai orangtua untuk menjelaskan alasan mengapa
gadget belum boleh dipegang oleh si kecil.
Ajarkan pendidikan moral dan etika pada anak-anak kita agar bisa menghargai orang lain baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Ajarkan agar si kecil santun dalam berucap dan berkomentar di dunia maya. Jika anak-anak kita sudah mulai dewasa dan bisa menggunakan media sosial, ajarkanlah mereka untuk meng-
share hal-hal positif dan bukan hal-hal pribadi; apalagi hal-hal yang mengandung kebencian terhadap suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA).
Salah kita juga
Monkey see, monkey do. Itulah pepatah orang Amerika Serikat untuk menunjukan orang yang meniru segala hal tanpa dipikir terlebih dahulu. Pepatah ini bisa kita aplikasikan pada anak-anak karena akal dan pikiran mereka belum matang. Mereka meniru apa yang mereka lihat tanpa mengetahui baik dan buruknya. Oleh karena itu, penting sekali kita, sebagai orangtua, untuk memberikan contoh yang baik di dalam lingkungan keluarga.
Baik sadar atau tidak, kitalah sendiri yang mendidik anak-anak kita untuk menjadi adiksi terhadap
gadget. Berapa kali kita mengabaikan si kecil demi melihat
posting-an media sosial di
gadget kita? Berapa kali kita mengabaikan si kecil demi menonton video menarik di Youtube?
Adiksi
gadget yang terjadi pada kita, kita sendirilah yang harus mengobatinya. Jangan sampai ketergantungan kita pada
gadget dicontoh oleh si kecil. Mulailah untuk meng-
uninstall semua media sosial kita di
smartphone kita. Kita tidak akan pernah rugi tanpa mesti
posting, ataupun melihat
posting-an orang lain.
Disconnect sehari
Ketika
weekend tiba, cobalah untuk
disconnect dari
gadget walau hanya satu hari saja. Matikan
gadget kita semua. Matikan
gadget anak-anak. Cobalah kita berinteraksi dengan si kecil. Ajaklah dia main keluar. Ajarkan hal-hal baru padanya.
Anak kita merupakan aset dimasa depan. Ketika kita tua nanti, merekalah yang akan "mengasuh" kita semua. Jika dari sekarang saja kita cuek terhadap mereka dan sibuk dengan
gadget-gadget kita, bagaimana jika kita tua nanti?
Kesimpulan
Terakhir sebagai penutup, setelah panjang lebar saya jelaskan mengenai antara hubungan
gadget, orangtua, dan anak-anak; berikut adalah kesimpulan yang bisa saya tarik:
- Kita, sebagai orangtua, harus memahami betul bagaimana cara teknologi "kekinian" bekerja; mulai dari cara mengoperasikan gadget hingga cara aplikasi di gadget bekerja.
- Kita harus melawan adiksi kita terhadap gadget agar menjadi contoh bagi anak-anak.
- Batasi dan moderasi anak-anak kita dalam menggunakan gadget.
- Jangan dulu berikan gadget pada anak-anak kita hingga usia remaja.
- Ajarkan mana hal positif dan hal negatif di dunia maya.
- Berikan pendidikan moral dan etika di dunia nyata dan di dunia maya.
Mudah-mudahan tulisan ini bisa bermanfaat untuk para orangtua sekalian. Terimakasih.
#sahabatkeluarga
NB:
semua gambar yang ada di blog
post ini merupakan gambar gratis tanpa hak cipta dari situs
pixabay.com